Pada tahun 2016, Oman Air dan Bandara Heathrow memecahkan rekor harga dunia untuk sepasang slot (lepas landas dan mendarat). Oman Air membayar US$75 juta untuk hak mendarat di Heathrow, termasuk mendapatkan slot kedatangan di pagi hari yang diperebutkan. Lantas, bagaimana slot bandara dialokasikan ke maskapai dan mengapa slot bandara sangat berharga?
Baca juga: Apa Itu Landing Slot Bandara, yang Bikin Maskapai Rusia Rugi Rp1 Triliun Gegara Inggris?
Pesawat maskapai perlu mendapat slot bandara, terdiri dari landing slot atau slot pendaratan dan take off slot atau slot lepas landas untuk bisa beroperasi di sebuah bandara internasional, dalam hal ini bandara besar dan sibuk secara global. Slot bandara ini harus sepasang. Sistem slot bandara ini sudah ada sejak bertahun-tahun lalu dengan merujuk pedoman dari International Air Transport Association (IATA).
Slot bandara terbagi ke dalam tiga kategori atau level. Level 1 ialah non-coordinated airport atau yang tidak terkoordinasi dengan slot bandara global. Level 2 merupakan slot facilitated airport. Di bandara level 1 dan 2 ini, landing slot dan take off slot dikelola oleh bandara dan melalui kerjasama antar maskapai. Ini biasanya berada di level domestik atau penerbangan domestik.
Terakhir adalah level 3 atau yang terkoordinasi dengan slot bandara oleh IATA. Biasanya level 3 ini hanya bandara-bandara besar dan sibuk di banyak negara di dunia.
Menurut IATA, seperti dikutip dari Simple Flying, pada Musim Panas 2019, ada 205 bandara terkoordinasi slot secara global. Ini mencakup 43 persen dari lalu lintas udara global. Jumlah landing slot dan take off slot disepakati serta dialokasikan untuk maskapai di bandara-bandara tersebut sebelum menjadwalkan penerbangan dari dan ke bandara.
Bagi maskapai yang sudah mempunyai slot, ini bukan berarti aman. Begitupun juga dengan maskapai yang belum mendapat slot bandara, bukan berarti kiamat selamanya. Sebab, dalam Panduan Slot Bandara Seluruh Dunia (WASG) oleh IATA, slot bandara dialokasikan ke maskapai dua kali dalam setahun.
Itu berarti, per enam bulan (biasanya setiap musim dingin dan musim panas), slot bandara direview dan harus menjalankan minimal 80 persen slot bandara. Bila tidak, maskapai tersebut akan diganti dengan maskapai lain yang sudah menunggu. Sistem dikenal sebagai “grandfather rights”. Aturan ini harus dijalankan kecuali ketika force majeure.
Akan tetapi, di awal-awal pandemi, banyak maskapai yang mempertahankan slot bandara dengan menerbangkan penerbangan hantu atau terbang tanpa penumpang. Seiring waktu, sistem grandfather rights pun akhirnya ditangguhkan selama pandemi.
Selain itu, maskapai tertentu bisa saja mendapat prioritas lantaran memiliki histori slot yang cukup baik di sebuah bandara.
Meski begitu, ada aturan dimana tersisa beberapa persen slot bandara untuk maskapai baru yang ingin mendapat landing slot dan take off slot di bandara tertentu.
Menjawab pertanyaan di awal, slot bandara dialokasikan dan dikelola secara global oleh IATA. Sistemnya sendiri tidak dijelaskan dengan rinci. Yang pasti bukan berbasis lelang. Di luar itu (diatur IATA), maskapai yang sudah mendapat slot bisa saja menjual slot bandara ke maskapai lainnya.
Pada tahun 2016, misalnya, Oman Air dan Bandara Heathrow memecahkan rekor harga dunia untuk sepasang slot (lepas landas dan mendarat). Oman Air tidak langsung mendapatkannya dari IATA melainkan dari maskapai lain yaitu Air France-KLM seharga US$75 juta untuk hak mendarat di Heathrow, termasuk mendapatkan slot kedatangan di pagi hari yang diperebutkan banyak maskapai.
Baca juga: Mengapa Slot Bandara Bisa Sangat Mahal? Inilah Jawabannya
Masih di Bandara Heathrow, maskapai Air New Zealand pernah menjual sepasang slot pada tahun 2020 ke maskapai lain seharga US$27 juta, cukup murah memang dibanding penjualan slot Air France-KLM ke Oman Air mengingat jam slot yang dijual Air New Zealand tak semenarik yang dijual Air France-KLM.
Mahal tidaknya slot bandara tergantung banyak hal, mulai dari jam, frekuensi, durasi dari mendarat sampai kembali lepas landas, dan musim.