Pesawat menjadi moda transportasi teraman dibanding moda transportas lainnya di darat dan laut. Perusahaan konsultan penerbangan asal Belanda, To70, beberapa tahun lalu memperkirakan tingkat kecelakaan fatal bagi penumpang penerbangan komersial dalam pesawat besar hanya sebesar 0,06 per satu juta penerbangan atau satu kecelakaan untuk tiap 16 juta penerbangan.
Baca juga: Saat Masker Oksigen Turun, Ini yang Penumpang Wajib Tahu!
Kendati demikian, mayoritas penumpang yang takut naik pesawat terbayang hal buruk saat dalam penerbangan. Jika terjadi apa-apa, penumpang pesawat tidak bisa melarikan diri dan hanya bisa pasrah sambil berharap pada perangkat keselamatan.
Hal sebaliknya tentu tidak terjadi pada moda transportasi lain seperti bus atau mobil. Saat terjadi kebakaran pada kendaraan, misalnya, penumpang bisa keluar dan menyelamatkan diri.
Saat terjadi keadaan darurat pada pesawat, tetap tenang tentu menjadi syarat agar segalanya berjalan lancar, khususnya pilot. Ketenangan menjadi harga mati pilot saat menghadapi berbagai situasi genting saat penerbangan berlangsung, salah satunya ketika depresurisasi pesawat.
Depresurisasi pesawat sendiri merupakan situasi dimana tekanan udara berkurang yang biasa terjadi di dalam kabin pesawat. Secara epistemologi, depresurisasi pesawat bisa dibilang sama dengan dekompresi eksplosif.
Ketika terjadi depresurisasi, pilot harus menurunkan ketinggian pesawat untuk mengembalikan tekanan udara seperti sedia kala. Namun, dikutip dari Simple Flying, dalam situasi tersebut, rata-rata penumpang dan kru dapat bertahan 25 detik sebelum pingsan.
Itulah mengapa jika depresurisasi pesawat terjadi di sekitar ketinggian 30.000 kaki dan hal tersebut menyebabkan masker oksiden keluar dari langit-langit di atas kursi penumpang, kapten pilot harus sesegera mungkin menurunkan ketinggian sebelum pasokan di tangki oksigen habis. Sebelum itu terjadi, penumpang dan kru sudah dibekali masker oksigen untuk memudahkan bernapas.
Setidaknya pesawat harus berada di ketinggian dimana manusia bisa bernafas secara normal, yaitu di bawah 10 ribu kaki. Sebagai informasi tambahan, tangki oksigen yang dibawa oleh sebuah pesawat ini disimpan di bagian lambung.
Dalam rentang waktu yang cukup singkat tersebut, dan tentu saja menegangkan, kapten pilot harus dengan cekatan mencari jalur yang aman dan tidak menginterupsi penerbangan lainnya, sembari juga berkomunikasi dengan menara pengawas (ATC) untuk meminta izin melakukan pendaratan darurat.
Mungkin ini terdengar sangat klise dan tidak akan berpengaruh banyak pada Anda yang tengah berada dalam kondisi terdesak seperti ini. Tapi sejatinya, seorang pilot sudah terlatih untuk menangani situasi darurat semacam ini.
Baca juga: Kisah Pilot Selamat dari Maut Setelah 22 Menit Berjuang Melawan Ganasnya Dekompresi
Pasalnya, jika seorang pilot tidak mengoptimalkan upayanya untuk menangani kondisi darurat semacam ini, maka bisa jadi bukan hanya nyawa penumpang saja yang akan melayang, melainkan juga dirinya.
Maka dari itu, ketika situasi seperti ini terjadi, penting bagi siapapun yang ada dalam penerbangan untuk tidak panik dan tetap mengikuti langkah-langkah keselamatan. Untuk mencapai itu, penumpang sebaiknya memperhatikan saat kru mendemonstrasikan petunjuk keselamatan sebelum penerbangan dimulai.