Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanBagaimana Pilot Tahu Dimana Posisi Pesawat Padahal di Luar Gelap?

Bagaimana Pilot Tahu Dimana Posisi Pesawat Padahal di Luar Gelap?

Berbeda dengan pramugari yang tidak tahu posisi pesawat berada saat dalam penerbangan, pilot sangat mengetahui dimana posisi pesawat berada, sekalipun di luar gelar. Entah di tengah cuaca buruk ataupun penerbangan malam hari. Lantas, bagaimana caranya?

Baca juga: Apa yang Terjadi Bila Pilot Tidak Berkomunikasi dengan ATC? Ini Jawabannya

Di kokpit ada begitu banyak panel yang memiliki fungsinya masing-masing. Dari sekian banyak panel di kokpit, itu dibagi menjadi dua instrumen; flight instrument (instrumen penerbangan) dan flight control (kontrol penerbangan).

Di antara banyak instrumen, dalam hal ini instrumen penerbangan, setidaknya, ada enam instrumen penerbangan dasar atau biasa disebut ‘six pack’ yang harus dikuasai pilot, mulai dari altimeter, indikator kecepatan udara (pitot static system), indikator kecepatan vertikal (sistem statis pitot), attitude indicator, heading indicator (gyroscopic system), dan turn indicator (gyroscopic system).

Dari keenam instrumen tersebut, salah satu instrumen yang sangat membantu pilot dalam mengetahui dimana posisi pesawat berada sekaligus bagaimana cara pilot mengetahui lintasan ke bandara tujuan adalah heading indicator (gyroscopic system).

Heading Indicator atau Giro Direksi merupakan instrumen yang menunjukkan heading dari pesawat relatif terhadap arah utara berdasarkan letak geografis dari bumi. Instrumen ini dikalibrasi berdasarkan arah utara kutub magnet bumi (dari Magnetic Compass) untuk meningkatkan kepresisian penunjukan arah.

Pada pesawat-pesawat jet saat ini, Heading Indicator digantikan oleh HSI (Horizontal Situation Indicator) yang selain menampilkan informasi heading juga menampilkan informasi navigasi berupa VOR.

Very High Frequency Omni-Directional Range (VOR), sebagaimana dikutip dari thepointsguy.co.uk, merupakan ground-based electronic system yang menghubungkan VOR station di ground dengan receiver yang ada di pesawat. Mengingat terbatasnya jangkauan VOR station, maka jumlahnya harus diperbanyak agar bisa menuntun pesawat ke VOR lainnya sampai ke bandara tujuan.

Akan tetapi, VOR ini memiliki kelemahan karena tidak bisa dipasang di perairan. Maka dari itu, VOR umumnya hanya berguna saat penerbangan di atas daratan saja, baik saat gelap akibat penerbangan malam atau cuaca buruk maupun penerbangan siang hari.

Di penerbangan lintas benua yang pastinya melewati perairan, seperti penerbangan trans atlantik dan trans pasifik, saat ini instrumennya sudah digantikan dengan GPS yang berbasis satelit.

Dalam kaitannya mengetahui posisi pesawat berada walau kondisi di luar gelap ataupun cara pilot mengetahui bandara tujuan, alat pemancar dan penerima GPS yang ada di bagian kanan dan kiri pesawat, diterima oleh IRU (indefeasible right of use) dan AHRU (attitude heading reference unit) yang juga ada di sisi kanan dan kiri pesawat.

Baca juga: Inilah AeroMACS, Sistem Komunikasi Digital Bandara Karya NASA yang Bikin Pilot ‘Bisu’

Ini kemudian terhubung dengan flight management computer untuk memberikan informasi posisi yang akurat. Dat tersebut ditampilkan di flight deck yang tampilannya saat ini sudah sangat canggih di pesawat-pesawat modern berupa animasi bergerak mirip dengan kondisi real di sekitar pesawat.

Dalam kasus penerbangan lintas benua, yang tidak terjangkau ATC, biasanya pilot akan membuat Organised Track System (OTS) atau sejenis membuat jalur penerbangan berbasis GPS. Dengan begitu, pilot hanya perlu mengikuti rute animasi yang ditampilkan di floight deck di kokpit untuk bisa sampai di bandara tujuan.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru