Otoritas penerbangan Sipil Singapura menerapkan aturan baru, bahwa semua pesawat yang masuk dan keluar dari Singapura wajib memiliki area karantina untuk mengisolasi penumpang atau awak kabin yang kurang sehat selama perjalanan. Area ini sendiri bisa dibuat dengan mengosongkan beberapa kursi penumpang dan tak lupa menyiapkan toilet khusus penumpang di area isolasi tersebut.
Baca juga: Tiba di Canberra dari Melbourne, Penumpang Seperti Kena Prank Karena Harus Karantina
KabarPenumpang.com melansir straitstimes.com (9/9/2020), Otoritas Penerbangan Sipil Singapura atau CAAS mengatakan, bagi penumpang atau awak kabin yang tidak sehat karena demam atau gejala Covid-19 selama penerbangan harus dipindahkan ke area karantina dan diisolasi dari penumpang lainnya. Singapore Airlines atau SIA saat ini memberikan tiga baris kursi di bagian kiri belakang untuk ruang isolasi.
Bahkan SIA sudah melengkapi awak kabin mereka dengan alat pelindung diri yang lengkap ketika melayani orang sakit di pesawat. Ternyata hal ini juga dilakukan oleh Jetstar Asia di mana mereka telah mengatur zona di tiga baris kursi terakhir bagian sisi kiri atau kanan pesawat.
Persyaratan zona isolasi tersebut dipublikasikan bulan ini saat Jetstar Asia mengatakan telah menetapkan zona isolasi di pesawatnya. Direktur senior kelompok regulasi keselamatan di CAAS Alan Foo mengatakan, pihak berwenang telah mengamanatkan area karantina di atas pesawat pada Mei lalu.
“Untuk meminimalkan risiko paparan Covid-19 selama perjalanan mereka, langkah-langkah perjalanan yang aman telah diberlakukan untuk semua penerbangan yang beroperasi masuk dan keluar dari Singapura. Langkah-langkah ini telah dikembangkan oleh CAAS melalui konsultasi erat dengan Kementerian Kesehatan Singapura,” kata Foo.
Langkah-langkah tersebut termasuk mewajibkan seluruh penumpang menggunakan masker selama penerbangan dan meminta mereka yang terbang ke Singapura menjalani pemeriksaan kesehatan dasar sebelum naik pesawat. Selain itu, pelayanan makanan juga dimodifikasi guna mengurangi kontak antara penumpang dan awak kabin.
Foo menambahkan, CAAS saat ini masih meninjau berbagai langkah tersebut untuk menjadikan area karantina sebagai tindakan permanen mengingat sifat pandemi ini terus berkembang. Pakar penyakit menular Leong Hoe Nam mengatakan keputusan CAAS mewajibkan keberadaan area karantina merupakan tindakan yang masuk akal secara efektif.
“Meskipun filter udara partikulat berefsiensi tinggi (HEPA) di pesawat bekerja menyegarkan udara di dalam kabin, masih ada risiko penularan ke penumpang yang duduk dalam tiga baris di depan atau di belakang penumpang yang terinfeksi. Jika Anda tetap berada di luar zona, Anda menghilangkan risikonya,” kata Leong.
Zona karantina wajib melampaui pedoman internasional dalam mengisolasi orang yang tidak sehat saat dalam penerbangan. Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), jika seorang penumpang atau anggota awak menjadi tidak sehat di dalam pesawat, sebuah maskapai penerbangan harus mencoba merelokasi penumpang yang berdekatan sehingga ada jarak dua meter antara mereka dan orang yang tidak sehat.
Jika tidak ada kursi yang tersedia, IATA menganjurkan agar maskapai penerbangan memberikan alat pelindung diri kepada penumpang yang berdekatan. Ini juga merekomendasikan beberapa tindakan pencegahan lainnya, seperti menyimpan barang-barang kotor dari orang yang tidak sehat di dalam kantong biohazard.
Analis penerbangan independen Brendan Sobie dari Sobie Aviation mengatakan bahwa negara-negara perlu bekerja sama untuk membuat standar persyaratan keselamatan guna membantu pemulihan sektor penerbangan. Sobie mengatakan hal ini karena, kurangnya peraturan yang seragam di Asean menghambat upaya untuk memulai kembali perjalanan di kawasan itu.
Baca juga: IATA Usul Dunia Jangan Karantina Wisatawan! Ini Alasannya
“Masalahnya adalah bahwa setiap negara memiliki persyaratan yang berbeda. Sangat mengecewakan bahwa setelah berbulan-bulan, kami masih belum memiliki konvergensi untuk persyaratan ini dan banyak lainnya. Ini penting karena industri sedang mencoba untuk memulai kembali perjalanan internasional, tetapi ketika Anda memiliki peraturan yang berbeda di setiap negara, itu membuat sangat sulit bagi maskapai penerbangan,” tambah Sobie.