Sunday, April 13, 2025
HomeBandaraAtasi Masalah Crosswind, Konsep Endless Runway Bisa Jadi Solusi Jitu

Atasi Masalah Crosswind, Konsep Endless Runway Bisa Jadi Solusi Jitu

Penundaan keberangkatan sebuah pesawat dapat disebabkan oleh banyak aspek, sebut saja masalah pada mesin hingga kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Salah satu masalah yang kerap kali muncul di landas pacu adalah terkait crosswind, alias terjangan angin samping yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Kini, masalah yang berkaitan dengan kelancaran pengoperasian di dunia aviasi tersebut nampaknya sudah menemukan sebuah titik terang yang dapat diaplikasikan di masa yang akan datang.

Baca Juga: Crosswind, Terjangan Angin dari Samping, Juga Jadi Ancaman di Moda Darat

Pada tahun 2015 lalu, Henk Hesselink, seorang insinyur senior R&D untuk Netherlands Aerospace Center (NLR) ditugaskan oleh European Commission (EC) untuk menemukan solusi terhadap masalah yang berulang ini. Tidak hanya itu, Henk juga ditugaskan untuk meningkatkan kapasitas bandara yang diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun mendatang.

Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (10/7/2017), Henk lalu menggagas konsep Endless Runway, dimana konsep jalur lurus landas pacu yang diterapkan di hampir semua bandara diganti dengan konsep melingkar yang tidak berujung. Nantinya, landas pacu ini memiliki panjang total 10 km jika ditarik garis lurus, dengan diameter lingkaran yang mencapai 3 km. Untuk bangunan bandara sendiri akan ditempatkan di tengah-tengah lingkaran.

Para periset beropini bahwa pesawat akan selalu bisa beroperasi dengan lancar walaupun kondisi angin sedang tidak kondusif, ini berarti bahwa pesawat bisa berangkat dengan aman ke segala arah setiap saat. “Salah satu masalah yang dihadapi di runway adalah angin,” ungkap Henk. “Dan saya berpikir: apakah hal seperti ini masih akan menjadi masalah di tahun 2050? Seharusnya masalah angin ini sudah bisa dipecahkan dalam waktu dekat, tapi bagaimana caranya? Yaitu dengan menggunakan Endless Runway,” imbuhnya.

Gagasan mengenai landas pacu melingkar tersebut hingga kini masih dalam tahap uji coba, dimana penggunaan landas pacu seperti ini akan menjanjikan beberapa keuntungan, diantaranya lintasan pesawat yang lebih baik, hingga efisiensi mobilitas penumpang dari gerbang ke gerbang.

Proyek Endless Runway tanpa henti dikembangkan di bawah pengawasan EC’s 7th Framework Programme, yang bersiap untuk terus membuat teknologi terobosan di waktu yang akan datang. Bahkan, sebuah konsorsium yang terdiri dari pusat penelitian aeronautika nasional masing-masing berada di Belanda, Prancis, Jerman, Spanyol dan Polandia bekerja sama dalam meneliti dan menguji konsep landas pacu tersebut.

Namun jangan kira ini merupakan ide baru di dunia aviasi. Model Endless Runway telah dieksplorasi oleh sebagian negara di dunia, sebut saja Perancis, dimana konsep Endless Runway pertama diadopsi pada akhir abad ke-19, diikuti oleh serangkaian artikel, laporan, dan paten atas gagasan yang diajukan untuk penggunaan di abad ke-20.

Pada tahun 1960, pilot Angkatan Laut AS, James R. Conrey mengemukakan sebuah paten untuk konsep ini, dengan keyakinan bahwa konsep tersebut akan memungkinkan pesawat untuk mendarat dalam kondisi angin yang parah sekalipun. Hal ini pula yang akhirnya mengilhami Henk untuk menghidupkan ide Endless Runway kembali.

Baca Juga: 10 Bandara Ini Punya Landasan Paling Ekstrim

Seperti yang sudah dijabarkan di atas, selain masalah angin, efektifitas akomodasi penumpang juga akan berubah dengan pengaplikasian model landas pacu seperti ini. Melihat ke 2050, European Research Establishments in Aeronautics (EREA) memprediksi jumlah penumpang udara hampir 14 miliar dalam periode satu tahun. Diharapkan konsep Endless Runway ini juga dapat mengatasi masalah penumpang ini.

Lalu, kenapa konsep landasan pacu belum rilis sampai sekarang? Menurut sebuah laporan tahun 2014 yang diterbitkan oleh EC’s Community Research and Development Information Service (CORDIS), landasan pacu tersebut sejauh ini tetap berada pada tingkat eksperimen karena biaya tinggi, kebutuhan untuk memperkenalkan prosedur, dan teknik pendaratan baru. Laporan tersebut berpendapat bahwa biaya konstruksi akan lebih tinggi daripada landasan pacu konvensional, terkait keseluruhan fisik landas pacu yang lebih besar. Selain itu, pilot juga mesti mempelajari teknik baru untuk mendarat di landas pacu ini.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru