Dengan dibukanya ruang udara di Selatan Jawa untuk penerbangan sipil, menjadi babak baru dalam upaya pembangunan wilayah bagian selatan Pulau Jawa yang cenderung tertinggal dari kawasan utara Pulau Jawa. Dengan niatan mendorong industri dan wisata, Pemerintah lewat Kementerian Perhubungan telah memproyeksikan pembukaan beberapa bandara baru di Selatan Jawa.
Beberapa proyek bandara di Selatan Jawa memang kini telah rampung atau berstatus operasional dengan pengembangan, seperti Bandara Blimbingsari di Banyuwangi dan Notohadinegoro di Jember. Dua bandara tersebut masih sebagian kecil dan masih ada enam lainnya yang akan dibangun, yaitu di Sukabumi, Tasikmalaya, Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo, Purbalingga, Kediri dan Tulungagung. Kedelapan daerah ini masuk dalam rencana pengembangan untuk perkembangan ekonomi di daerahnya.
Baca juga: Bandara Blimbingsari, Andalkan Konsep Green Airport dan Kearifan Lokal
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso mengatakan, pengembangan bandara baru atau yang sudah ada di selatan Jawa menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi. “Selama ini Jawa sebelah utara itu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tengah ke selatan terlupakan, sehingga perkembangan ekonomi menjadi timpang sekali,” katanya yang dikutip KabarPenumpang.com dari bisnis.com (21/8/2017).
Hal ini juga yang membuat pengembangan bandara di wilayah selatan Jawa menjadi salah satu solusinya. Bila berjalan lancar, Kemenhub berharap bandara-bandara tersebut bisa dimulai pengerjaannya pada tahun 2018 dan 2019 mendatang. Saat ini bandara Kulon Progo dan Blimbingsari sudah lebih dulu dikembangkan. Sedangkan Bandara Notohadinegoro yang berada di Jember juga mulai dalam perencanaan pengembangan.
Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Perhubungan Udara Kemnhub Syamsu Rizal mengatakan, pengembangan selatan Jawa ini ada beberapa yang masih dalam tahap penentuan lokasi untuk bandara. “Kami masih menentukan titik-titik mana saja yang perlu dibangun bandara guna menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Ini tidak mudah, karena banyak hal yang harus selesai lebih dulu,” tuturnya.
Adapun tantangan yang dihadapi pada pembangunan bandara di selatan Jawa yakni bentuk daratan (terrain) yang terlalu tinggi dan luas pembebasan lahan yang terlalu besar serta dukungan infrastruktur jalan. Karena masalah ini, pemerintah kemudian melakukan pengkajian secara teknis agar bandara yang dibangun tetap memenuhi aspek keamanan dan keselamatan penerbangan sipil sesuai dengan standar internasional.
“Kami juga tidak tahu secara pasti kapan kajian itu selesai, namun yang pasti target dalam RPJMN 2019 itu ada. Namun, titik yang mana itu belum. Mungkin beberapa saat lagi, kita akan sampaikan,” ujar Syamsu. Dikatakan Syamsu, proses pengembangan bandara di selatan Jawa saat ini sudah cukup baik dimana terlihat dengan mulai dipublikasikannya jalur udara baru untuk penerbangan komersial di selatan Jawa. Sebagai catatan, jalur udara penerbangan komersial di Jawa selatan resmi dipublikasikan ke Aeronautical Information Publication (AIP) pada 17 Agustus 2017. Sesuai dengan regulasi penerbangan, jalur udara tersebut akan efektif pada 56 hari ke depan.
Baca juga: Tahun 2019, Bandara Notohadinegoro Siap Didarati Boeing 737
“Alhamdulillah, jalur udara untuk penerbangan komersial di Jawa selatan sudah diresmikan. Tentunya, setelah jalur udaranya rampung, sekarang tinggal mengurus titik-titik mana saja yang akan dibangun bandara,” kata Syamsu.