Monday, November 25, 2024
HomeDaratArea Dekat Pintu Kereta Komuter, Jadi Lokasi Potensi Terbesar Penularan Virus Corona

Area Dekat Pintu Kereta Komuter, Jadi Lokasi Potensi Terbesar Penularan Virus Corona

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan KRL (Kereta Rel Listrik) relasi tertentu jadi tempat paling berisiko terkontaminasi virus corona. Di saat yang bersamaan, penumpang setia KRL tak punya pilihan moda transportasi lain yang memudahkannya sampai ke tempat tujuan. Lantas, penumpang harus bagaimana?

Baca juga: Anies: KRL Berpotensi Jadi Tempat Kontaminasi Virus Corona, Ini Kata KCI

Dilansir asahi.com, Jumat, (13/3), penumpang yang tak punya pilihan lain kecuali tetap menggunakan KRL mungkin dapat sedikit bernapas lega. Pasalnya, menurut Masashi Yamakawa, profesor di Kyoto Institute of Technology, meskipun kereta penuh sesak, penumpang tetap bisa terhindar dari virus corona dengan menghindari tempat-tempat tertentu.

Dalam simulasi penelitian tentang penyebaran influenza pada 2013 lalu, Yamakawa menemukan bahwa penumpang yang berada di dekat pintu kereta lebih besar terpapar virus tersebut. Kesimpulan tersebut didapat setidaknya dengan melakukan dua skenario simulasi. Pertama, penumpang bersin di dekat pintu kereta. Kedua, penumpang bersin yang duduk di antara pintu kereta.

Setelah memeriksa proses penyebaran virus selama beberapa detik, profesor tersebut menyimpulkan bahwa partikel (aerosol) yang dikeluarkan dari seseorang yang bersin di dekat pintu saat kereta tengah berjalan tersebar dengan lebih luas, menyebar ke langit-langit atau terhirup penumpang lain, dan membuat lebih banyak penumpang dalam bahaya terpapar infeksi. Adapun skenario simulasi kedua, Yamakawa mendapati bahwa partikel yang dikeluarkan dari penumpang yang bersin saat di duduk di antara pintu kereta cenderung jatuh ke lantai.

Ilustrasi tempat-tempat rawan sebaran virus corona di kereta. Foto: Business Insider

Sebetulnya penelitian tersebut memang tak tendensius terkait virus corona. Hanya saja, bila (penelitian dari Profesor Yamakawa) disandingkan dengan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yang menyatakan virus corona dapat menular dari partikel (aerosol) yang berada di udara, maka penelitian tersebut bisa menjadi acuan untuk penumpang yang masih menggunakan kereta di tengah mewabahnya Covid-19.

“Jika transmisi (sebaran) aerosol memungkinkan (sebagaimana laporan WHO), maka kemungkinan infeksi akan lebih besar di dekat pintu,” kata Yamakawa.

Selain itu, ia juga menegaskan, meskipun penelitiannya (tahun 2013 silam) tak berkenaan dengan virus corona, namun, jika Covid-19 tersebut menyebar dengan cara yang mirip dengan influenza, maka penumpang akan sangat mungkin terinfeksi dengan berbagai cara, mulai dari menghirup partikel yang dikeluarkan dari seseorang yang bersin atau batuk, hingga menyentuh tangan, mata, mulut dan hidung dengan tangan yang digunakan untuk memegang tali, besi, atau apapun dari orang yang terpapar (Covid-19).

Penelitian dari Masashi Yamakawa pun kemudian juga dilengkapi dengan rekomendasi oleh Yoshiaki Katsuda, profesor dari Kansai University of Social Welfare yang mengambil spesialisasi pada hubungan kesehatan dan perjalanan. Ia mengatakan bahwa kereta yang lebih sering berhenti, layaknya kereta commuter line relasi Jabodetabek, kemungkinan lebih kecil terpapar virus corona, dibanding kereta jarak jauh seperti Shinkansen di Jepang atau KAI di Indonesia.

Baca juga: Para Ahli Sebut Penumpang Lansia Buat Penularan Virus Corona Jadi Lebih Cepat

Sebab, jarak dari satu stasiun dengan stasiun lainnya tak terlalu jauh. Ketika kereta berhenti dan pintu terbuka, udara segar mungkin masuk dan menggantikan partikel udara tak sehat di dalam kereta. Adapun partikel tak sehat tersebut sangat dimungkinkan untuk keluar dan memuai di udara.

Oleh karenanya, Shinji Yamasaki, profesor dari Universitas Prefektur Osaka yang mengambil spesialisasi penyakit menular mengingatkan pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Selain itu, Asosiasi Kesehatan untuk Penyakit Menular dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi di Jepang menyarankan supaya individu yang menggunakan transportasi umum agar tak menyentuh hidung, mulut, atau mata dengan tangan yang digunakan untuk bersentuhan dengan hal-hal yang disentuh oleh orang lain, seperti tali pegangan di kereta dan sejenisnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru