Semakin tinggi pesawat terbang, udara akan lebih ringan, sedikit resistensi angin, lebih banyak daya, lebih sedikit usaha, dan lebih sedikit hambatan. Itu artinya pesawat lebih hemat bahan bakar. Selama ini, ketinggian jelajah pesawat berkisar 37 ribu kaki sampai 42 ribu kaki. Agar lebih hemat bahan bakar, bisakah pesawat terbang lebih tinggi di atas 60 ribu kaki? Adakah saat ini pesawat sipil yang terbang di ketinggian tersebut?
Baca juga: Apa yang Terjadi Bila Pesawat Terbang Terlalu Tinggi?
Menurut seorang pilot asal Italia, Daniele Paolo Scarpazza, secara aturan sangat mungkin dan diperbolehkan pesawat sipil terbang di atas ketinggian 60 ribu kaki. Bukan hanya itu, di ketinggian tersebut (di atas 60 ribu kaki), itu masuk dalam kategori wilayah udara E.
Itu berarti, pesawat sipil yang terbang di ketinggian tersebut bisa memutuskan komunikasi dengan ATC dan membatalkan flight plan (rencana penerbangan) dan melanjutkan penerbangan dengan VFR (visual flight rules) tanpa pengawasan ATC.
Saat itu terjadi, pesawat sipil tersebut benar-benar keluar dari sistem komunikasi udara global atau sistem yang diatur ICAO dan afiliasinya. Pesawat itu bebas menambah ketinggian atau kecepatan terbang tanpa meminta izin atau restu ATC. Benar-benar bebas dan di luar batas.
Bayangkan, langit yang tak bertepi itu diterbangi oleh segelintir pesawat saja dan itupun umumnya pesawat militer dan jet pribadi.
Bagi pesawat militer, terlebih pesawat pengintai atau pesawat mata-mata, ketinggian tersebut sangat ideal dan dibutuhkan untuk menghindari deteksi radar dan serangan rudal hanud. Pesawat mata-mata AS, Lockheed U2, misalnya, diketahui terbang di atas ketinggian 70 ribu kaki.
Baca juga: Coffin Corner: Ketika Stall dan Overspeed Bertemu
Adapun pesawat sipil, yang tidak ada kepentingan tersebut, menurut salah satu pengguna Quora, terbang di ketinggian di atas 60 ribu kaki justru merugikan alih-alih menguntungkan. Membangun pesawat dengan kemampuan terbang di ketinggian tersebut tidak ekonomis kalau tidak ingin disebut sangat mahal.
Di lain sisi, salah satu warganet menulis di aviation.stackexchange.com, mengingat manfaatnya dalam menghemat konsumsi bahan bakar, yang berujung pada penghematan uang dan waktu, bukan tak mungkin menjadi masa depan penerbangan.
Sepanjang sejarah dirgantara global, pesawat komersial atau pesawat sipil yang sanggup terbang jauh lebih tinggi dari Airbus A380 (43 ribu kaki) dan menjadi pesawat komersial sepanjang sejarah yang mampu terbang paling tinggi di ketinggian 60 ribu kaki adalah pesawat supersonik Concorde.
Concorde diizinkan terbang di ketinggian tersebut karena didukung sejumlah teknologi yang memungkinkan untuk terbang di ketinggan tersebut, seperti jendela yang lebih kecil (bahkan tak lebih besar dari ukuran tangan orang dewasa) untuk meminimalis dekompresi.
Kemudian bentuk sayap delta, fitur keselamatan berupa sistem mencegah kemungkinan terburuk saat terjadi rapid emergency descent atau penurunan cepat, serta tekanan di dalam kabin yang masih dalam batas normal bagi penumpang. Pasalnya, bila tidak didukung teknologi tersebut, maka, bukan tak mungkin penumpang akan pingsan.
Kendati begitu, pada pelaksanannya, pesawat supersonik Concorde tidak terbang di ketinggian tersebut (60 ribu kaki), melainkan maksimal hanya di ketinggian 45 ribu kaki.