Bagi yang sering terbang bersama maskapai, pasti menyadari bahwa pilihan makanan di pesawat tidak sebanyak di darat. Banyak yang berpikir bahwa terdapat larangan di terhadap beberapa makanan tertentu di pesawat. Betulkan demikian?
Baca juga: Ini Kisah Pramugari Tentang Masak Makanan di Pesawat yang Sedang Mengudara
Sudah menjadi rahasia umum bahwa makanan dihidangkan penumpang pesawat dimasak di darat, bukan di pesawat. Berbagai menu makanan beserta boxnya memang didesain untuk dihangatkan kembali di pesawat.
Setelah selesai dimasak (biasanya tak jauh dari bandara), berbagai menu makanan untuk penumpang pesawat akan didinginkan atau dibekukan terlebih dahulu, dikemas, dan didistribusikan ke lokasi tertentu di bandara, sebelum akhirnya dimuat ke dalam pesawat.
Sampai di sini, prosesnya bisa dibilang agak menantang. Sebab, menu makanan di darat cenderung berubah ketika disajikan di udara. Sudah begitu, ketika selesai dimasak dan kemudian didinginkan, biasanya ada perubahan rasa. Apalagi ketika dihangatkan kembali, rasanya sudah hampir pasti berubah. Karenanya, katering pesawat harus bisa mengukur agar makanan tetap memiliki cita rasa kuat saat dihidangkan penumpang di udara.
Tak cukup sampai di situ, saat makanan dimuat di pesawat juga menantang dikarenakan box harus tetap rapat dan tak boleh terbuka untuk mencegah udara masuk. Jika tidak, kualitas makanan akan menurun dan itulah yang terkadang membuat penumpang mengeluh karena hambar.
Dilansir Simple Flying, usai dimuat ke dalam pesawat, masing-masing box berisi makanan dihangatkan selama sekitar 20 menit. Tentu, ini bergantung pada menu makanan yang disajikan. Untuk makanan penumpang first class, biasanya, usai dihangatkan, makanan dipindahkan ke wadah lain sebelum dihidangkan.
Di beberapa kondisi, maskapai bahkan harus benar-benar memasak di dalam pesawat yang tengah mengudara untuk memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang first class. Akan tetapi, koki, atau dalam hal ini pramugari yang dilatih khusus untuk memasak, tak mempunyai banyak pilihan memasak melainkan hanya telur. Ya, hanya bisa memasak telur, tidak lebih.
Meski demikian, memasak telur di atas ketinggian tentu tak semudah memasak telur di darat. Tekanan di dalam kabin serta kelembapan rendah membuat berbagai rasa, seperti asin, manis, dan pedas berkurang signifikan. Itulah mengapa makanan di pesawat rata-rata harus ekstra bumbu. Sebab, bila tidak, makanan, baik yang dimasak di darat ataupun di udara, akan tak terasa apapun alias hambar.
Terkadang, karena rasanya yang kurang memuaskan, banyak penumpang memutuskan tak memakan makanan di pesawat. Akibatnya, banyak makanan yang terbuang percuma setiap tahunnya.
Baca juga: Jaga Rasa Masakan Tetap Lezat di Ketinggian 35.000 Kaki, Inilah yang Dilakukan Para Koki
Singkatnya, terbatasnya menu atau varian makanan di pesawat bukan karena makanan tertentu dilarang di pesawat, melainkan karena rasanya cepat berubah sehingga pilihan makanan terbatas.
Akan tetapi, dalam kaitannya dengan makanan yang dibawa penumpang ke pesawat, memang terdapat banyak larangan. Terlebih pada penerbangan internasional. Bagi penumpang yang hendak membawa makanan ke pesawat, sudah pasti akan tertahan di pos pemeriksaan dan membuat repot penumpang, terutama makanan yang berada di dalam wadah atau kemasan kaca seperti botol dan lain sebagainya.