Pesawat modern saat ini sudah sangat canggih. Kecanggihan di kokpit pada akhirnya membuat peran pilot-kopilot menjadi berkurang dan digantikan teknologi. Karenanya, banyak pertanyaan muncul, masihkah dua pilot mutlak diperlukan untuk menerbangkan pesawat semisal Boeing 737? Lantas, apa saja tugas kopilot?
Baca juga: Inilah Goose, Kopilot Digital Masa Depan! Bakal Disertifikasi Tahun 2022
Beberapa maskapai di dunia serius merealisasikan single pilot atau satu pilot. Saat ini tahapannya sudah mulai melobi regulator Eropa dan AS serta ICAO untuk merumuskan konsep single pilot atau satu pilot bersama manufaktur.
Kendati begitu, saat ini, menurut Air Line Pilots Association (ALPA) teknologi otomatisasi yang ada saat ini belum mampu mengalahkan kinerja manusia – dalam hal ini adalah seorang pilot atau kopilot.
Lebih lanjut, sampai teknologi otomatis dapat memberikan tingkat kesadaran situasional, komunikasi, dan penilaian yang sama dengan manusia, dua pilot di dalam kokpit akan tetap menjadi kebutuhan utama dalam dunia penerbangan untuk mencapat keselamatan yang maksimal.
Keberadaan dua pilot ini bisa dibilang sudah paling ideal untuk mengoperasikan jalur udara – mengingat tugas ko-pilot yang didaulat sebagai ‘cadangan’ ketika sang pilot mengalami kesulitan atau kejadian di luar dugaan (sakit, hilang kesadaran, dan lainnya). Singkatnya, dua pilot di kokpit dalam menerbangkan pesawat adalah mutlak, karena tidak mungkin hanya satu pilot atau lebih dari itu tiga pilot.
Itu baru dari segi teknis, belum lagi dari segi kenyamanan penumpang yang mungkin akan sedikit was-was ketika mendengar pesawat yang ditumpanginya itu hanya dioperasikan oleh satu pilot saja. Bukan tidak mungkin apabila stigma, “Nanti kalau pilotnya mengalami kendala, siapa yang akan mengendalikan pesawat?” seperti ini akan muncul di benak masing-masing penumpang.
Secara teknis, menurut pilot salah satu maskapai, Raymond St Steven, seperti dikutip dari Quora, sebetulnya dalam lingkungan pengujian satu pilot sudah cukup untuk menerbangkan pesawat, dalam artian menjalankan peralatan dan perlengkapan di kokpit dari terbang sampai mendarat.
Tetapi di dunia nyata, kondisinya jauh berbeda. Terdapat banyak tantangan dan kondisi yang mesti disiasati dan itu tidak mungkin dilakukan dengan konsep single cockpit atau satu kokpit atau satu pilot.
Tantangan dan kondisi yang mesti disiasati termasuk landing approach di bandara yang sibuk, traffic tinggi, cuaca buruk, frekuensi radio yang padat, kerusakan sistem, dan banyak lainnya. Itu mustahil dilalui hanya dengan seorang pilot. Sedang dua pilot saja berbagai kondisi tersebut tetap menimbulkan kecelakaan, apalagi satu pilot di kokpit.
Kopilot sendiri memiliki beberapa peran dalam penerbangan. Saat lepas landas, kopilot biasanya diposisikan sebagai pilot monitoring. Sebagai pilot monitoring, tugasnya hanya memback-up pilot dengan posisi tangan sudah memegang throttle.
Baca juga: Sederet Kasus Ini Bikin Ide Penerbangan Satu Pilot di Kokpit Jadi Horor
Andai pilot incapacitated (pilot incapacitation) atau kondis darurati dimana pilot tak bisa menangani pesawat, maka kopilot bisa segera mengambil alih pesawat dan mengambil keputusan, entah rejected atau lanjut untuk kemudian return to base (RTB).
Saat cruising di udara, kopilot juga akan diposisikan sebagai pilot monitoring. Tugasnya membantu pilot berkomunikasi dengan kontrol lalu lintas udara, memantau mesin serta parameter lainnya dan mengecek semua tindakan pilot yang terbang.