Landing gear atau roda pendaratan menjadi salah satu komponen paling penting pada pesawat terbang, baik saat di darat maupun di udara, sebelum lepas landas, ketika lepas landas dan turun landas, sampai mendarat dengan sempurna di runway. Namun, apakah ada batasan kecepatan pesawat agar landing gear bisa digunakan, khususnya saat landing?
Baca juga: Jadi Salah Satu Bagian Terpenting Pesawat, Begini Cara Kerja Landing Gear
Secara definitif, roda pendaratan berfungsi untuk menyerap tenaga pendaratan serta mencegah badan pesawat menghantam daratan. Fungsi tersebut dijalankan setidaknya oleh dua cara, pertama penyangga roda pendaratan utama yang memiliki sistem peredam kejut (shock struts). Kedua, landing force yang menyebar ke seluruh roda.
Di masa lalu, sistem landing gear belum menggunakan peredam kejut. Masih sangat sederhana sekali menggunakan rigid struts suspensi rendah yang membuat pendaratan jadi kasar dan keras. Seiring berjalannya waktu, landing gear pesawat mulai menggunakan spring steel struts, berlanjut ke bungee cords, dan barulah menggunakan shock struts.
Dengan menggunakan nitrogen dan cairan hidrolik, sistem pegas yang ‘tersaji’ pada shock struts akan mampu meminimalisir daya kejut ketika pesawat mendarat secara signifikan – setidaknya jauh lebih halus dari tiga varian di atas.
Daya kejut yang dihasilkan ketika pesawat touchdown akan senantiasa tereduksi dengan hadirnya dua silinder yang akan meminimalisir efek kejut.
Menurut salah seorang pilot komersial di Quora, Eric Larsen, landing gear memiliki batasan kecepatan. Ada dua kecepatan dalam hal pengoperasian landing gear. Salah satunya adalah maximum landing gear operating speed dan maximum landing gear extended speed. Itu di pesawat-pesawat besar, pada pesawat yang lebih kecil hanya ada satu batasan, maximum landing gear extended speed.
Pada maximum landing gear operating speed, pesawat diatur agar me-retract atau melipat landing gear ke dalam lambung pesawat.
Dalam pedoman Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA), gear up atau proses dimana landing gear dilipat masuk ke dalam lambung pesawat maksimum di kecepatan 107 knot atau 198 km per jam pada pesawat narrowbody. Andai di atas ini, sebetulnya tidak berbahaya hanya akan memperlambat laju pesawat dan turunannya membuat lebih boros bahan bakar.
Diketahui, pesawat mulai meninggalkan landasan pacu saat mencapai kecepatan yang dibutuhkan untuk mengudara atau decision speed (V1) berkisar antara 120 sampai 140 knot. Tentu ini kondisional, tergantung muatan yang dibawa.
Umumnya, proses retraction (gear up) atau melipat landing gear ke dalam lambung pesawat kecepatan maksimumnya lebih rendah dibanding dengan gear down atau mengeluarkan landing gear dari lambung untuk mendarat. Ini disebabkan nose landin gear atau roda depan pesawat melipat ke arah depan, bukan ke samping sebagaimana main landing gear, sehingga melawan aliran udara.
Baca juga: Mengenang Insiden Garuda Indonesia GA981, Berhasil Mendarat Mulus Meski Landing Gear ‘Pincang’
Bila retraction atau melipat landing gear maksimum dikecepatan 109 knot, maka saat gear down atau maximum landing gear extended speed mencapai 129 knot atau 238 km per jam.
Pada pesawat-pesawat modern, seperti Airbus A320, ada sistem yang mencegah pilot mengeluarkan landing gear dari lambung pesawat. Disebutkan, itu berada di kecepatan 260 knot. Lebih dari itu, sedikitnya ada dua fitur pencegah terjadinya hal itu (landing gear keluar di atas kecepatan 260 knot). Meski di sisi lain itu bisa membantu menurunkan kecepatan pesawat, tetapi itu dinilai bisa membuat landing gear rusak.