Tuesday, November 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanApa yang Terjadi Jika Kaca Kokpit Pesawat Pecah Saat di Tengah Penerbangan?

Apa yang Terjadi Jika Kaca Kokpit Pesawat Pecah Saat di Tengah Penerbangan?

Pesawat merupakan moda transportasi paling aman di dunia. Kemungkinan pesawat mengalami kecelakaan adalah 1 : 1,2 juta perjalanan dan kecelakaan fatal 1 : 11 juta. Tentu dengan catatan seluruh kondisi dalam keadaan normal. Dalam kondisi darurat, seperti kaca kokpit pecah di tengah penerbangan, apa yang akan terjadi? Apakah pesawat akan jatuh seketika atau seperti apa?

Baca juga: Kaca Depan Retak Saat di Udara, Pesawat Air New Zealand Mendarat Darurat di Hong Kong

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu diketahui bahwa kaca kokpit pesawat (cockpit windshield atau biasa juga disebut aircraft windshield) memiliki ketebalan yang tak terlalu besar, berkisar 1-3 inchi atau empat kali lipat ketebalan kaca mobil.

Kaca yang digunakan pun nilainya bukanlah yang tertinggi. Kita tahu, dari piramida klasifikasi kaca –berdasarkan kemampuan menahan tekanan- kaca laminated, merupakan jenis kaca dengan grade tertinggi.

Di bawahnya, ada kaca tempered, kaca reflektif, kaca es, kaca warna, dan kaca bening atau kaca pada umumnya. Dari jenis-jenis kaca di atas, pesawat tergolong menggunakan kaca jenis tempered, dengan beberapa modifikasi kaca. Namun, lagi-lagi, tergantung jenis pesawat. Adapun jenis kaca tempered digunakan di pesawat-pesawat Boeing, seperti 737, 747, dan 787.

Kaca depan pesawat atau cockpit windshield nampak retak akibat benturan dengan objek asing. Foto: Reddit

Mengingat tekanan besar di udara, kaca kokpit pesawat atau biasa juga disebut flight deck windshields umumnya memiliki tiga lapis. Lapis pertama, kaca depan pesawat terbuat dari campuran kaca dan akrilik. Keduanya disatukan dengan teknik glass frit bonding, juga disebut sebagai solder kaca atau seal glass bonding. Jadi, pada intinya, teknik ini memadukan lapisan luar kaca dengan akrilik yang direnggangkan.

Lapis kedua, kaca depan pesawat terbuat dari urethane, termasuk jenis dari polimer yang lumrah dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan plastik. Sedangkan dilapis terakhir, atau di bagian dalam, kaca depan pesawat terbuat dari akrilik, dengan ketebalan yang sudah kami jelaskan di atas, 1-3 inchi.

Baca juga: Kena Dekompresi Eksplosif, Dua Boeing 737-300 Southwest Airlines Alami Perbedaan Nasib

Meskipun terdengar tak lebih kuat dibanding jenis kaca tempered, namun, komposisi akrilik dan polimer rupanya memiliki andil besar, bukan hanya dalam menahan tekanan besar dari luar, melainkan juga menahan benturan keras yang terjadi oleh objek tak dikenal, seperti misalnya bird strike.

Dengan andil lapisan akrilik dan polimer dan tentu saja gabungan dari keduanya, kaca depan pesawat mampu menahan benturan seberat empat pon saat pesawat mencapai di kecepatan 370 mph. Ketika benturan terjadi, kaca depan pesawat tak langsung pecah berkeping-keping layaknya piring pecah.

Sepanjang sejarah penerbangan, insiden kaca kokpit pesawat pecah atau meledak saat tengah mengudara pernah terjadi. Salah satunya menimpa pesawat BAC 1-11 British Airways flight 5390 pada 10 Juni 1990.

Ketika itu, kaca depan pesawat pecah saat di ketinggian sekitar 17.300 kaki, tepat di langit Didcot, Oxfordshire, Inggris. Apa yang selanjutnya terjadi? Pesawat ternyata tidak langsung jatuh dan kecelakaan.

Pesawat diketahui mengalami kondensasi (berkabut) serta dekompresi eksplosif, dimana udara dari luar menarik semua yang ada di dalam kokpit, termasuk sang pilot-kopilot. Kopilot saat itu masih menggunakan seatbelt tanpa direnggangkan, sedangkan pilot sempat merenggangkan seatbelt. Karenanya, ia nyaris terlempar ke luar pesawat.

Baca juga: Hari ini, 31 Tahun Lalu, Pilot British Airways Selamat Setelah 22 Menit Berjuang Melawan Dekompresi

Disebutkan, kepala dan leher serta setengah badan kapten pilot Timothy Lancaster sudah berada di luar jendela atau kaca depan pesawat yang pecah. Beruntung, seatbelt masih menahannya. Kaki dan setengah badannya kemudian dipegang erat oleh pramugara Nigel Ogden. Adapun kopilot Alastair Atchison mengambil kendali pesawat.

Ia dengan sigap menurunkan ketinggian pesawat untuk mengurangi dekompresi eksplosif dan dengan hati-hati mendaratkan pesawat seorang diri selama kurang lebih 22 menit sejak kaca kokpit meledak.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru