Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanApa yang Terjadi Bila Pilot Tidak Berkomunikasi dengan ATC? Ini Jawabannya

Apa yang Terjadi Bila Pilot Tidak Berkomunikasi dengan ATC? Ini Jawabannya

Setiap pesawat terbang harus berkomunikasi dengan Air Traffic Controller (ATC), mulai dari sebelum lepas landas, lepas landas, cruising, approach landing, landing, sampai kembali ke apron. Tetapi dunia tak selalu mengikuti rules yang berlaku, ada saja pesawat atau penerbangan yang tak melapor atau berkomunikasi dengan ATC. Saat itu terjadi, bagaimana sikap ATC dan selanjutnya bakal seperti apa?

Baca juga: Gegara Miskomunikasi dengan Operator Bandara, Pesawat Buddha Air ‘Nyasar’ Salah Tujuan Pendaratan

Melihat ke belakang, beberapa tragedi di dunia penerbangan bermula dari tidak adanya komunikasi pilot dengan ATC.

Dunia tentu ingat bagaimana pesawat Boeing 707 Korean Air flight 902 rute Paris-Anchorage-Seoul ditembak oleh pesawat tempur Sukhoi Su-15 Uni Soviet pada 20 April 1978. Ketika itu, sistem navigasi pesawat eror dan membuat pesawat salah jalur memasuki ruang udara Uni Soviet. Sebetulnya, ini tidak jadi masalah andai pilot berkomunikasi dengan ATC atau dengan pilot jet tempur yang mengawalnya.

Serupa tapi tak sama, pesawat Korean Air lagi-lagi dirudal oleh jet tempur Sukhoi Su-15 Uni Soviet. Pada 1 September 1983, pesawat Boeing 747-200 Korean Air flight 007 ditembak jatuh di dekat Pulau Sakhalin lantaran tak berkomunikasi, bukan oleh ATC, melainkan oleh pilot jet tempur Soviet.

Dua insiden di atas sekali lagi mengingatkan kita betapa pentingnya komunikasi, baik antara pilot dengan petugas ATC maupun pilot dengan pilot jet tempur yang mengawalnya.

Dikutip dari Quora, ketika pilot tidak berkomunikasi dengan ATC, hal yang pertama terjadi sudah pasti ATC akan terus coba menghubungi pilot di beberapa frekuensi yang berbeda, termasuk 121,5 yang merupakan frekuensi darurat internasional.

Seiring dengan itu, ATC juga akan memindahkan lalu lintas lain agar menjauh dari penerbangan tersebut untuk menghindari risiko terjadinya tabrakan. Sudah pasti, di langkah kedua ini akan mengganggu lalu lintas penerbangan dan menyebabkan terjadi banyak delay.

Langkah ketiga, ATC akan meminta Angkatan Udara mengirim jet tempur (biasanya minimal dua jet) untuk meng-intercept atau mencegat pesawat tersebut. Jet tempur yang dikirim mula-mula hanya akan membuntuti pesawat sambil mengidentifikasi jenis dan registrasinya serta berkomunikasi dengan pilot di frekuensi 121,5.

Andai ini juga tidak direspon, jet tempur yang dikirim akan maju dan mengambil posisi di sebelah kanan dan kiri pesawat agar terlihat dari pilot dan kopilot. Umumnya, pilot jet tempur akan memberikan kode aba-aba dengan menggoyangkan sayap jet tempur ke kiri dan kanan, sinyal agar pesawat yang tak berkomunikasi tadi mengikuti jet tempur.

Di sini kemungkinan besar permasalahan selesai karena pilot pesawat yang tak berkomunikasi dengan ATC tadi tahu konsekuensinya bila tak mengikuti perintah jet tempur.

Baca juga: Penasaran dengan Bagian dalam Menara ATC? Beginilah Gambarannya!

Bila masih juga belum menunjukkan iktikad baik, jet tempur mulai menunjukkan rudal mereka sebagai peringatan. Masih juga merespon, pilo jet tempur akan melepas rudal peringatan.

Terakhir, jika tidak juga merespon, pilot jet tempur, dengan izin dari pimpinan tertinggi militer atau mungkin kepala negara, akan menembak jatuh apapun jenis pesawatnya, baik itu pesawat sipil maupun militer.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru