Saturday, October 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanApa yang Terjadi Bila Pesawat Terbang Terlalu Tinggi?

Apa yang Terjadi Bila Pesawat Terbang Terlalu Tinggi?

Pesawat adalah moda transportasi paling canggih di dunia. Kendati begitu, pesawat mempunyai batasan-batasan, termasuk batasan ketinggian terbang. Lantas, apa yang terjadi bila pesawat terbang terlalu tinggi melampaui batasan yang sudah ditetapkan oleh pabrik atau manufaktur?

Baca juga: Mengapa Ada Batasan Ketinggian Terbang untuk Pesawat? Ini Jawabannya

Menurut praktisi penerbangan Armchair Expert, George Gonzalez, seperti dikutip dari Quora, pesawat yang terbang terlalu tinggi setidaknya akan terjadi dua hal, yaitu stall dan mesin mati.

Saat dua hal ini terjadi, pesawat bisa saja kembali mendapat kontrol penuh dari pilot dan kopilot. Begitupun juga dengan mesin yang mati, itu bisa saja di-restart dengan catatan pesawat sudah turun dari batas ketinggian maksimum pesawat (servie ceilling) dan pilot-kopilot melakukan langkah-langkah yang tepat dalam me-restart mesin.

Dalam sebuah tulisan yang dilansir flightdeckfriend.com, pesawat komersial umumnya terbang antara 37 ribu kaki sampai 43 ribu kaki di atas permukaan laut. Di atas itu, pesawat akan mengalami apa yang disebut sebagai Coffin Corner.

Ini adalah kondisi dimana low speed stall dan high-speed buffet sehingga membuat pesawat tidak lagi bisa mempertahankan ketinggiannya dan memaksa untuk turun. Saat ini terjadi, pesawat akan kehilangan kontrol karena mesin mati dan udara yang berada di sayap tak mendukung aerodinamika pesawat.

Kemungkinan lainnya saat pesawat terbang melebihi ketinggian maksimum, bukan hanya terjadi stall dan pesawat akan kehilangan ketinggian, tetapi mesin akan meledak dan terbakar sehingga tak bisa di-restart ulang untuk melanjutkan penerbangan.

Lebih lanjut, ketinggian pesawat terbang tidak selalu sama di segala kondisi sesuai dengan ketetapan pabrik. Itu sangat tergantung dengan muatan yang dibawa serta musim. Biasanya ketinggian maksimum pesawat akan lebih rendah saat musim panas. Pesawat disebut tidak lagi mampu mencapai rate of climb setidaknya 300 kaki per menit.

Dari segi perbedaan tekanan kabin, ini akan membuat pesawat mengalami kegagalan struktural. Diektahui, semakin tinggi semakin tipis udara dan tidak cukup oksigen untuk membuat manusia bernapas dengan normal.

Karenanya, udara dingin mencapai 60 derajat di ketinggian 37 ribu – 43 ribu kaki diolah di dalam mesin sehingga lebih hangat dan mencapai ambang normal yang dibutuhkan manusia. Itu kenapa manusia bisa bernapas di ketinggian 37 ribu ke atas saat di dalam pesawat.

Namun, lebih dari itu, mesin mati dan proses suplai udara ke dalam kabin akan terganggu. Ini tentu membahayakan penumpang dan kru. Selain itu, udara di dalam kabin dan udara di luar pesawat mengalami perbedaan jauh di atas normal yaitu mencapai 9 psi. Andai ini terjadi, pesawat akan mengalami kegagalan struktural.

Di dunia, pesawat komersial terbang melebihi ketinggian maksimum pernah terjadi. Dilansir Forbes, pada tahun 2004 silam, pilot-kopilot maskapai Pinnacle Airlines 3701 diketahui tengah menjalani penerbangan reposisi tanpa penumpang.

Baca juga: Bagaimana Bisa Oksigen Tersedia di Kabin Pesawat Saat di Ketinggian 30 Ribu Kaki Lebih?

Di tengah perjalanan, mereka meminta untuk diizinkan terbang di ketinggian 41 ribu kaki yang mana itu adalah batas ketinggian maksimum pesawat. Pesawat akhirnya mengalami kegagalan mesin dan keduanya tidak mampu me-restart-nya sehingga sehingga berakhir nahas.

Menjawab pertanyaan di awal, pesawat akan mengalami stall dan kegagalan mesin saat terbang melebihi ketinggian maksimum. Ini bisa berarti dua, mesin mati tanpa terbakar dan bisa di-restart ulang ataupun sebaliknya. Selain itu, pesawat akan mengalami kegagalan struktural akibat perbedaan tekanan di dalam kabin dan di luar kabin melebihi batas normal 9 psi.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru