Pembajakan pesawat sudah berkali-kali terjadi sepanjang sejarah. Evaluasi demi evaluasi pun terus dilakukan demi mencegah pembajakan pesawat kembali terulang. Salah satunya standar operasional prosedur pilot. Tak dipungkiri lagi, setiap pembajakan pesawat, pasti hal yang pertama diincar adalah kokpit. Tujuannya agar bisa mengusasi pesawat.
Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Pintu Kokpit Cegah Pembajakan? Berikut Ulasannya
Dilansir Livemint, saat pilot mengetahui ada ancaman atau terjadi pembajakan saat dalam penerbangan, hal pertama yang dilakukan adalah menekan kode squawk atau identifikasi empat digit yang dikirim pilot dengan kode 7500 pada transponder yang akan memperingatkan Air Traffic Control (ATC).
Transponder sendiri adalah pemancar radio di kokpit yang terhubung dengan radar di darat yang dikendalikan Air Traffic Controller (ATC).
Setelah kode squawk 7500 sebagai tanda adanya bahaya atau ancaman pembajakan pesawat dikirim, pilot, direspon atau tidak oleh ATC, wajib mengarahkan pesawat ke bandara terdekat. ATC lantas mengosongkan seluruh jalur penerbangan di sekitar pesawat yang dibajak ini, termasuk runway di bandara agar pesawat bisa langsung mendarat tanpa menunggu.
Pada posisi ini, pilot juga diawajibkan untuk tetap fokus pada penerbangan dan kondisi di dalam kabin. Seperti diketahui bersama, pintu kokpit harus selalu dalam keadaan terkunci. Bila tidak, pintu kokpit bisa saja ditembus pembajak atau teroris.
Pintu kokpit modern setidaknya memiliki lima komponen utama, mulai dari pintu anti peluru dengan tambahan electronic triple bolt, lubang intip (peephole), kamera di kabin untuk memantau aktivitas penumpang dan kru, panel kontrol pintu kokpit dengan tiga mode (normal, lock, dan unlock), serta panel keyboard di area kabin dan telepon untuk komunikasi kru dengan pilot.
Pintu kokpit bisa saja dibuka dari luar. Tetapi, setelah kode membuka pintu kokpit berhasil, itu bisa dibatalkan pilot sebelum 30 detik andai itu diakses oleh pembajak atau pramugari dengan intervensi dari pembajak.
Usai mendarat, tentu tugas pilot selesai. Ia bisa keluar pesawat dan melarikan diri melalui cockpit emergency hatch atau emergency sliding window, tergantung tipe pesawat. Selebihnya, petugas keamanan yang akan menangani.
Baca juga: Dua Peristiwa Besar ini Ubah Industri Penerbangan Jadi Lebih Ketat, Apa Itu?
Itu bila terjadi ancaman pembajakan, bila terjadi ancaman bom pada pesawat saat tengah dalam penerbangan, prosedurnya beda lagi. Saat itu terjadi (ancaman bom), pilot harus segera menurunkan ketinggian pesawat di angka 10.000 kaki, tak kurang tak lebih, untuk berjaga-jaga.
Andai bom betul meledak saat pesawat sudah mencapai ketinggian 10.000 kaki, itu akan mengurangi risiko dekomepresi eksplosif. Tak hanya itu, di ketinggian tersebut, warga sipil yang ada di daratan juga terjaga dari bahaya.