Wednesday, April 9, 2025
HomeHot NewsApa Sih Perbedaan Antara Boeing dan Airbus Dimata Seorang Pilot?

Apa Sih Perbedaan Antara Boeing dan Airbus Dimata Seorang Pilot?

Siapa diantara Anda semua yang tidak tahu tentang duopoli di ranah manufaktur kedirgantaraan global? Ya, dua perusahaan pembangun pesawat yang berhasil duduk di ranking satu dan dua adalah Boeing dan Airbus. Sedikit nama perusahaan lain yang berhasil menyabotase pasar – contohnya seperti Bombardier hingga McDonnell Douglas. Namun dua nama tersebut masih belum bisa meruntuhkan kedigdayaan dari Boeing dan Airbus.

Baca Juga: Masih Bingung Bedakan Boeing 737 dan Airbus A320? Simak Ini

Nah, berbicara tentang dua merk dagang ini, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara keduanya. KabarPenumpang.com mengutip dari laman skiesmag.com, seorang pilot bar empat yang bernama Steve Zago membeberkan perbedaan yang tampak ketika dirinya mengemudikan Boeing 737NG dan Airbus A330.

Sebelum membahasnya lebih jauh, adapun Boeing 737NG merupakan pesawat narrow-body yang merupakan kembangan dari varian utamanya, Boeing 737 dan pertama kali mengudara pada 9 Februari 1997 dengan status uji coba. Sedangkan Airbus A330 tergolong sebagai pesawat wide-body yang mampu merengkuh jarak 5.000 hingga 13.430 kilometer. Adapun A330 ini pertama kali mengudara pada 2 November 1993 dengan status uji coba.

Nah, berdasarkan penuturan Steve Zago, perbedaan mendasar dari kedua pesawat yang sama-sama memiliki ‘keluarga besar’ (turunan pesawat) ini tampak dari kemudinya. Jika Boeing 737NG masih setia menggunakan kemudi layaknya stir mobil, maka tidak dengan Airbus A330 yang menggunakan joystick yang terletak di sisi sebelah kiri bawah pilot untuk mengendalikan arah pesawat.

“Jika Anda ingin membelokkan pesawat 25 derajat ke arah kiri, maka anda harus membelokkan sedikit kemudi ke arah kiri sembari menariknya ke arah belakang – dengan tujuan untuk tetap menjaga ketinggian pesawat. Namun di Airbus, Anda tidak lagi harus menarik tuas kemudi ke arah belakang, cukup membelokkan joystick ke arah kiri dan pesawat akan berbelok,”

Selain dari kontrol pesawat, lanjut Steve, perbedaan yang cukup menohok datang dari keseluruhan sistem fly-by-wire yang tersemat di dalam kedua jenis pesawat ini.

“Di Boeing 737NG, tugas saya ketika sistem autopilot dimatikan adalah menjaga pengaturan yang ada di sayap agar pesawat tetap berada di ketinggian yang aman. Tidak ada komputer atau layar indikator fly-by-wire yang memberitahu sistem kontrol penerbangan untuk menjaga terus sayap sebelum approaching menuju bandara yang sebelumnya telah saya input,” terang Steve.

“Sementara layar tersebut ada di (pesawat rilisan) Airbus,” lanjutnya.

Pada Airbus, Steve mengatakan bahwa dirinya seolah kehilangan kendali langsung terhadap pesawat, “sebuah kemampuan untuk mengetahui persis apa yang dilakukan oleh autopilot (atau autopilot baru), sedangkan tangan saya yang satunya lagi bisa dengan santai memainkan tuas thrust sembari mengikuti input kontrol dari autopilot,”

Dengan kata lain, kontrol penerbangan dari Airbus bisa dibilang jauh lebih sederhana ketimbang Boeing. Selain itu, Steve juga mengatakan bahwa flightdeck yang ada di Airbus juga lebih lega daripada yang ada di Boeing.

“Dengan begitu, Anda bisa dengan leluasa dan efisien menggunakan Quick Reference Handbook (QRH),” lanjut Steve.

Baca Juga: Tarung Keluarga Boeing 737 vs Keluarga Airbus A320, Siapa yang Akan Menang?

Kendati penjelasan Steve tadi agaknya lebih berpihak pada Airbus dengan segala kemudahan kendalinya, sejatinya ini hanyalah soal keterbiasaan seseorang untuk mengendalikan sebuah kendaraan. Dibutuhkan penyesuaian beberapa waktu sebelum bisa ‘lancar’ mengemudikan suatu moda.

Ambil contoh, mungkin apa yang Anda rasakan ketika mengemudikan mobil berjenis pick-up seperti Suzuki Carry akan berbeda jauh jika Anda mengemudikan sebuah Toyota Vios – mulai dari ‘kedalaman’ persneling, beratnya stir atau kemudi, hingga posisi duduk. Hal yang sama sederhananya terjadi pada pilot yang mengemudikan Airbus dan Boeing.

Jadi, kedua pesawat di atas sama-sama baik dan bagus kok! Hanya saja ini merupakan soal pandangan dari pilot yang mengemudikannya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru