Statistik penerbangan sering kali rumit. Ini diakibatkan penggunaan sistem mil laut atau sistem nautical mile (NM). Beberapa insiden penerbangan bahkan pernah dipicu oleh miskomunikasi antara petugas dan kru kokpit lantaran perbedaan menghitung satuan jarak dimana satu menggunakan sistem metrik dan lainnya menggunakan NM. Terlepas dari itu, bagaiman sejarah penggunaan NM di penerbangan?
Baca juga: Mengapa Kokpit Disebut Kokpit? Inilah Jawaban dari 3 Teori Termasyhur
Umumnya, masyarakat menggunakan sistem imperial atau metrik, seperti kilometer, meter, dan lain-lain, saat menghitung jarak tertentu. Namun, tidak demikian dengan navigasi penerbangan dan laut. Dua itu diketahui sudah sejak lama mengadopsi NM. Hal ini tidak terlepas dari sejarah panjang adopsi transportasi udara oleh transportasi laut.
Sudah jadi rahasia umum, sebelum transportasi udara dan darat hadir memudahkan masyarakat lintas peradaban, transportasi laut sudah lebih dahulu ada. Ketika transportasi udara hadir, ini pada akhirnya menyerap banyak istilah dan sejenisnya dari transportasi laut, seperti istilah ‘kokpit’ dan penggunaan satuan panjang NM.
Nautical mile atau dalam bahasa Indonesia berarti mil laut adalah satuan panjang yang digunakan di seluruh dunia untuk keperluan kelautan seperti menghitung jarak dalam pelayaran dan penerbangan.
Satuan ini biasa digunakan pada hukum dan perjanjian internasional, terutama menyangkut batas wilayah perairan. Satu mil laut sama dengan 1,852 km; 1,1508 mil normal; atau 6,076 feet. Lambang untuk nautical mile adalah M, NM atau nmi.
Secara historis, seperti dikutip dari Simple Flying, satu mil laut berarti busur satu menit dari garis lintang di sepanjang garis bujur. Satu busur lintang, pada gilirannya, dibagi menjadi 60 menit, dengan demikian, satu NM sama dengan 1/60 derajat lintang.
Namun, pada Konferensi Hidrografi Luar Biasa Internasional Pertama di Monako, pada tahun 1929 silam, mil laut internasional ditetapkan sebagai 1.852 meter atau 1.151 mil. Jadi, bisa dibilang, alasan penggunaan nautical mile di navigasi penerbangan lebih dikarenakan terkait erat dengan koordinat peta.
Dalam peta, terdapat garis bujur dan lintang yang sama-sama memiliki satuan derajat. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mungkin terbiasa menyebut “Berapa meter jarak rumahmu ke rumahnya Sully?”.
Tetapi, jika seseorang tersebut mengucapkannya dengan bahasa peta, maka yang ada menjadi “Berapa derajat selisih jarak rumahmu ke rumah Sully?”. Jadi setiap derajat perbedaan garis bujur atau lintang di bumi, menandakan bahwa dalam perbedaan derajat tersebut terdapat juga perbedaan jarak.
Baca juga: Mengapa Navigasi Penerbangan Pakai Satuan Nautical Mile? Ini Jawabannya
Sebetulnya, pada tahun 1947, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) sempat mengadopsi resolusi untuk membakukan sistem unit di seluruh penerbangan untuk memperkenalkan Sistem Satuan Internasional, yang dikenal sebagai SI dari ‘Système International d’Unités’, dan akan didasarkan pada sistem metrik.
Hanya saja, ICAO sadar bahwa mengubah sistem nautical mile menjadi sistem metrik secepat itu akan membuat penerbangan kacau. Alhasil, nautical mile tetap digunakan sampai saat ini.