Duka cita yang mendalam dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia atas gugurnya 53 awak kapal selam KRI Nanggala 402 di Perairan Utara Bali. Dan, menindaklanjuti atas musibah yang terjadi di bawah permukaan laut tersebut, Pemerintah Indonesia tengah berusaha untuk bisa mengangkat bagian kapal selam KRI Nanggala dari dasar laut. Jelas bukan perkara mudah, pasalnya posisi keberadaan kapal selam ada di kedalaman 838 meter.
Baca juga: Kenali Jenis Kereta Crane yang Bantu Evakuasi KRL Anjlok di Cilebut
Melihat dari posisi kedalamannya yang berada 838 meter di bawah permukaan laut, jelas Indonesia tidak mempunyai teknologi yang memadai untuk tugas penuh tantangan tersebut. Tapi kabar baiknya, TNI AL telah mendapat tawaran bantuan dari International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO) untuk mengangkat badan KRI Nanggala 402. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Yudo Margono, mengungkapkan ISMERLO bersedia membantu mengangkat badan KRI Nanggala 402 yang telah terbelah menjadi tiga bagian. Meski begitu, Yudo mengatakan pihaknya akan berkoordinasi terlebih dulu dengan pemerintah pusat.
Terlepas dari upaya mengangkat badan kapal selam KRI Nanggala 402, perlu juga diketahui untuk melihat teknik pengangkatan yang kemungkinan akan digunakan, pasalnya, teknik yang sama juga berlaku untuk mengangkat badan kapal sipil yang beratnya mencapai ribuan ton atau pesawat yang tenggelam di dasar lautan yang dalam.
Bila melihat kedalaman yang sampai 838 meter, jenis perangkat apakah yang akan digunakan untuk mengangkat kapal selam KRI Nanggala 402? Mungkinkah bisa mengangkat badan kapal selam yang bobotnya 1.300 ton? Maka jawabannya bisa, yaitu dengan menggunakan super heavy lift crane vessel, seperti dari jenis Saipem 7000, Heerema Thialf, atau Heerema Sleipnir. Crane vessel tersebut punya kapasitas daya angkat sampai 14.000 ton (Thialf)/20.000 ton (Sleipnir). Crane tersebut biasa dipakai untuk menangani konstruksi sumur migas di kedalaman air lebih dari 3.000 meter.
Baca juga: Langkah-Langkah Ini Akan Mudahkan Proses Evakuasi Saat Kapal Mengalami Kecelakaan!
Justru yang terpenting adalah fase sebelum pengangkatan, yaitu fase locating/pinpoint titik hancurnya lambung KRI Nanggala secara pasti. Untuk ini, diperlukan beberapa aset hidro oseanografi, terutama kapal-kapal survei and deep sea rescue yang dilengkapi dengan sonar imagery untuk memetakan puing-puing di dasar laut.