Seorang analis Bloomberg menyebut maskapai Pakistan International Airlines (PIA) kemungkinan besar akan bangkrut imbas hantaman pandemi virus Corona. Hal itu berdasarkan analisi menggunakan metode Z-score yang dikembangkan oleh Edward Altman pada 1960-an untuk memprediksi kebangkrutan, dengan mengacu pada data finansial perusahaan.
Baca juga: Bos Emirates Prediksi Akan Ada Lebih Banyak Maskapai Bangkrut di Akhir Tahun
Dilansir theprint.in, metode Z-score menggunakan lima variabel yang mengukur likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, leverage, dan kinerja keuangan terkini. Dari variabel tersebut kemudian akan muncul skor. Skor di bawah 1,8 menunjukkan bahaya kebangkrutan dalam dua tahun, sementara angka yang mendekati 3 menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi yang kuat secara finansial.
Meskipun sudah muncul sejak lebih dari setengah abad yang lalu, model penghitungan tersebut memiliki tingkat akurasi antara 80 – 90 persen dalam memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan.
Hanya saja, sejauh ini tak disebutkan dengan jelas berapa skor maskapai nasional Pakistan itu sesudah dianalisis dengan menggunakan Z-score. Terlepas dari skor, umumnya, maskapai-maskapai di dunia yang bertahan dari ancaman kebangkrutan, imbas dari anjloknya penerbangan global akibat pandemi Corona, mendapat suntikan dana segar dari pemerintah.
Sejauh ini, Pakistan dinilai sebagai salah satu negara yang tak memililki kemampuan akan hal itu. Padahal, Airline Passenger Experience Association (APEX) sudah sejak Maret lalu menyerukan pemerintah global, termasuk Pakistan, untuk membantu upaya penyelamatan industri penerbangan di tengah wabah virus corona atau COVID-19. Menurut asosiasi yang berdiri sejak 1979 tersebut, upaya penyelamatan maskapai dapat dicapai lewat kucuran dana senilai Rp3.805 triliun (kurs Rp 15.133).
Bak gayung bersambung, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) juga ikut menyerukan ke pemerintah di seluruh dunia agar memberikan paket stimulus lanjutan ke maskapai penerbangan. Setidaknya, di paruh kedua 2020 ini, maskapai membutuhkan sekitar US$77 miliar atau sekitar Rp1.133 triliun (kurs 14.700) uang tunai untuk membiayai operasional.
Menanggapi kabar kebangkrutan berdasarkan metode ilmiah, juru bicara PIA pun buka suara. Menurutnya, data yang disajikan, dimana nilai hutang PIA termaktub mencapai empat kali lipat dari total asset disebut kabur.
Sebab, hutang-hutang PIA yang akan jatuh tempo sudah direstrukturisasi oleh para kreditur dalam waktu cukup lama. Dengan demikian, maskapai relatif aman-aman saja dari ancaman kebangkrutan, tak seperti yang dianalisis oleh ahli dari Bloomberg.
Baca juga: Gawat, 1 dari 3 Pilot di Pakistan Pakai Lisensi Palsu!
PIA sejauh ini disebut memuncaki daftar maskapai di dunia yang bakal bangkrut dalam waktu dekat. Di bawahnya, ada beberapa maskapai dari Afrika dan Amerika Latin, seperti Medview Airlines (maskapai asal Nigeria), Precision Air Services (maskapai asal Tanzania), Grupo Aeromexico SAB, grup yang membawahi maskapai Aeroméxico (asal Meksiko), dan Gol Transportes Aéreos (Gol Linhas Aéreas) Inteligentes S.A, maskapai LCC asal Brazil.
Tak lupa, dua maskapai asal Asia juga masuk dalam daftar maskapai yang bakal bangkrut, yakni Thai Airways dan AirAsia.