American dan United Airlines dilaporkan mengalami kerugian sepanjang kuartal I 2020 sebesar US$4 miliar atau Rp59 triliun (kurs 1 dollar – Rp14.900), masing-masing sebesar US$2,24 miliar dan uS$1,7 miliar. Disebutkan, kedua maskapai tersebut mengalami kerugian akibat penuruan frekuensi perjalanan udara, imbas dari pandemi virus corona di dunia, khususnya di Amerika Serikat (AS). Selain itu, saham keduanya juga menyusut sebesar lima persen.
Baca juga: Bukan Hanya PHK Karyawan, Ini Sejumlah Opsi Maskapai Agar Bisa Tetap ‘Hidup’
Kerugian miliaran dolar yang dicatatkan keduanya membuat mereka menempati posisi pertama dan kedua sebagai maskapai dengan kerudian terbesar di AS sepanjang kuartal I 2020, menggeser Delta Air Lines dengan kerugian US$534 juta dan Southwest Airlines sebesar uS$94 juta. Sebelumnya, kerugian yang dialami Delta dan Southwest Airlines digadang-gadang bakal menjadi yang terbesar di AS.
Dengan kerugian sebesar US$2,24 miliar, American Airlines mencatat kinerja keuangan terburuk sekaligus kerugian terbesar sejak keluar dari kebangkrutan dan mergen dengan US Airways pada tahun 2013 lalu. Diperkirakan, kinerja keuangan maskapai penerbangan yang berbasis di Fort Worth, Texas ini di kuartal II 2020 tak banyak berubah. Sejauh ini, salah satu maskapai terbesar di AS itu telah memangkas jadwal penerbangan sebesar 80 persen pada bulan April dan Mei serta 70 persen pada bulan Juni.
“Belum pernah sebelumnya maskapai kami, atau industri kami, menghadapi tantangan yang sedemikian signifikan (sulit),” kata Chairman sekaligus CEO American Airlines, Doug Parker kepada Associated Press, seperti dikutip dari usnews.com.
“Kita akan menjadi lebih kecil dari yang kita inginkan. Karena kita harus lebih kecil, kita perlu melakukan sesuatu dengan jumlah karyawan yang kita miliki,” lanjutnya.
Sejauh ini, dari 133.000 karyawan, sekitar 4.500 pekerja telah ‘dibujuk’ American Airlines untuk mengambil pensiun dini, dan sekitar 34.000 lainnya telah menerima cuti yang dibayar separuh selama tiga hingga 12 bulan.
Maskapai tersebut memang tak melakukan PHK terhadap ratusan ribu karyawannya. Namun, itu bukan karena keinginan maskapai, melainkan sebagai salah satu syarat maskapai untuk mendapatkan stimulus dari pemerintah AS. Maskapai AS yang mendapatkan paket stimulus dari pemerintah diwajibkan tidak boleh melakukan PHK terhadap karyawan setidaknya sampai Oktober mendatang.
Bila keadaan tak kunjung membaik, sang CEO sudah mewanti-wanti bahwa pihaknya mungkin akan dengan terpaksa mengurangi beban finansial, salah satunya dengan mengurangi karyawan dalam jumlah besar. Dengan cara itu, perusahaan disebut dapat menghemat hingga miliaran dolar.
Baca juga: Bagaimana Load Factor Pengaruhi Profit Maskapai? Berikut Penjelasannya
Senada dengan American Airlines, United Airlines juga membukukan kerugian sebesar US$1,7 miliar sepanjang kuartal I 2020. Kerugian tersebut adalah yang terbesar bagi maskapai yang berbasis di Chicago itu sejak 2008 lalu. Kuartal II 2020 juga diperkirakan tak banyak berubah. Sejauh ini, maskapai telah memangkas jadwal penerbangan sebesar 90 persen di bulan Mei dan mungkin jumlah yang sama juga berlaku di bulan Juni.
CEO United Oscar Munoz mengatakan pemangkasan jadwal besar-besaran dan pinjaman yang tak sedikit dilakukan semata untuk meningkatkan likuiditas dalam membantu perusahaan bangkit kembali saat industri penerbagan perlahan bangkit, sekalipun ia tak bisa memprediksi kapan momentum tersebut datang.