Dewasa ini, bandara di beberapa Negara di dunia, termasuk Indonesia, sedang berlomba untuk mewujudkan suatu program yang bernama Airport City. Definisi sederhana dari Airport city ini adalah sebuah bandara dimana pengunjung akan merasakan suasana tidak seperti di bandara. Mulai dari pusat perbelanjaan, hingga food court yang layaknya kita temui di tengah kota. Dengan kata lain, konsep ini nantinya akan mewujudkan bandara dengan environment sebuah mall di tengah kota.
Selain itu, konsep airport city ini juga menawarkan kemudahan bagi para penumpang, yaitu dengan menyediakan layanan Automated People Mover System (APMS) atau yang populer disebut Skytrain. Layanan ini akan memanjakan para penumpang, karena Skytrain akan mengantarkannya menuju terminal yang mereka inginkan, tapi masih dalam ruang lingkup bandara. Jadi, penumpang tidak perlu bejalan jauh ketika ia hendak berpindah pesawat atau menuju tempat lain yang jaraknya agak jauh. Lain halnya dengan kereta bandara, kereta ini nantinya akan membawa penumpang menuju titik-titik tertentu di Ibu Kota.
Tidak hanya 2 point di atas, konsep airport city yang nantinya diterapkan di Indonesia pun melingkupi cakupan significant employment, shopping, trading, business meeting, entertainment dan leisure destinations sehingga menjadi kota handal dan menjadi daya tarik global (melalui airplane network) dan local (melalui multimodal lokal). Perubahan fungsi dan bentuk ini nantinya akan merubah sebuah bandara yang awalnya merupakan bandara kota (city airport) menjadi kota bandara (airport city), menurut seorang professor dari University of North Carolinas Kenan-Flagler Business School , dan Direktur dari the Kenon Institute of Private Enterprise, John D. Kasarda.
Berkaca dari Negara lain yang sudah menerapkan konsep airport city di bandaranya, seperti Bandara Internasional Changi di Singapura, PT Angkasa Pura I sedang berusaha untuk mewujudkan konsep ini. Bukanlah hal mudah bagi PT AP I dalam mewujudkan konsep ini, terbukti dengan banyaknya elemen yang terlibat, seperti dari sektor bisnis dan pemerintah, industri, logistik, dan turisme.
Tugas yang diemban oleh PT Angaksa Pura ini semakin berat karena Presiden Joko Widodo menginginkan konsep airport city diterapkan di Bandara Kulon Progo, the New Yogyakarta International Airport, pada tahun 2019 mendatang. Banyak yang harus dibenahi oleh PT Angkasa Pura I demi merealisasikan keinginan dari orang nomor 1 di Indonesia tersebut. Seperti yang dikutip dari harianjogja.com pada 19 November 2016 lalu, General Manager PT Angkasa Pura Bandara Adisutjipto Agus Pandu Purnama mengatakan Pemerintah Daerah harus mengubah Rencana Umum Tata Ruang. “Jadi radius 10 sampai 12 kilometer dari bandara akan ditata sesuai program airport city yang kita ajukan. Pemda juga sudah setuju,” katanya.
Adapun alasan bandara Kulon Progo ini dibangun dengan konsep airport city adalah daya tampung penumpang di bandara Adi Sucipto yang sudah melebihi batas. Menurut Jokowi, seperti yang dilansir oleh beritasatu.com, bandara Adi Sucipto sudah terlalu penuh dan crowded. “Mau tidak mau pembangunan bandara harus segera dimulai. Bandara ini nantinya kalau sudah selesai akan berkapasitas 14 juta penumpang, besar sekali. Tahap kedua bahkan akan sampai 20 juta penumpang,” kata Jokowi ketika menghadiri proses groundbreaking (peletakan batu pertama) di Bandara Kulon Progo pada 27 Januari lalu.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Danang S Baskoro mengatakan, apabila konsep airport city berhasil diterapkan di bandara Kulon Progo, maka permasalahan di atas akan teratasi. “ Tak hanya untuk memenuhi standar pelayanan bandara bertaraf internasional di Yogyakarta, kehadiran bandara baru ini juga diharapkan dapat memberikan multiplier effect, akan memacu perkembangan perekonomian, aktivitas bisnis, serta semakin mendukung kegiatan pariwisata Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan,” tuturnya.