Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) membeberkan kronologi lengkap, detik-detik mulai dari pesawat lepas landas sampai hilang kontak. Di antara fakta-fakta yang diungkap AirNav, ternyata ada keterlibatan penerbangan Garuda Indonesia sebelum pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air SJ-182 dipastikan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Baca juga: Tiga Fakta Kejadian Aneh Berbalut Mistis Dibalik Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ-182
Di sekitar hilangnya kontak, penerbangan Garuda Indonesia menjadi salah satu yang terdekat. ATC pun meminta bantuan penerbangan itu dengan menghubungi pilot pesawat guna memastikan keberadaan SJ-182. Namun, nihil jawaban. Begitu juga dari segi visual, tak ada tanda-tanda adanya pesawat SJ-182.
Senada dengan gagalnya penerbangan Garuda Indonesia dalam menghubungi SJ-182, AirNav mengaku juga sudah 11 kali menghubungi pesawat namun tidak ada respons.
Dalam rapat dengar pendapat di Komisi V DPR RI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu lalu, Direktur Utama AirNav Indonesia, Pramintohadi Sukarno, mengungkapkan kronologi hilangnya Sriwijaya Air SJ-182 dimulai saat take off dari runway25 pada pukul 14.36 WIB dan sempat mengontak ATC pada ketinggian 1.700 kaki.
“Pada pukul 14.36 WIB Sriwijaya SJ-182 take off dari runway25. Kemudian, setelah melewati ketinggian 1.700 kaki menghubungi Jakarta approach di frekuensi 179 Mhz dan diinstruksikan controller untuk naik ke ketinggian 29 ribu kaki mengikuti prosedur SID atau standar alur keberangkatan,” jelasnya.
Sekitar pukul 14.38 WIB, pesawat meminta arah 0,75 derajat atau ke arah kanan pada ATC karena alasan cuaca. ATC pun mengizinkan sekaligus memberi instruksi baru berupa menaikkan ke ketinggian 11 ribu kaki. Sebab, di ketinggian 7.900 kaki akan ada pesawat Air Asia yang juga tujuan Pontianak.
Pukul 14.39 WIB, pesawat meminta izin untuk naik ke ketinggian 13 ribu kaki saat sudah mencapai ketinggian sekitar 10.600 kaki. Di sinilah titik krusial detik-detik hilangnya Sriwijaya Air SJ-182 terjadi. Sebab, tak lama setelah meminta izin ke ketinggian tersebut, pesawat tiba-tiba berbelok ke kiri, dari seharusnya ke arah kanan di posisi 0,75 derajat hingga akhirnya hilang dari radar.
Hal ini tentu mengejutkan petugas mengingat selama komunikasi sejak awal berangkat, pesawat rute Jakarta-Pontianak ini tidak mengaku atau terindikasi adanya kerusakaan atau keadaan tidak normal.
Baca juga: Jauh Sebelum Musibah Sriwijaya Air SJ-182, Boeing Sudah Ingatkan Maskapai Soal Karat pada 737 Series
“Selama proses dari pukul 14.36 WIB sampai 14.39 WIB tidak ada laporan pesawat dalam kondisi tidak normal. Jadi ini semua berlangsung dengan normal,” ungkap Pramintohadi.
Petugas Jakarta controller pun di menit-menit berikutnya coba mengkonfirmasi arah dan keberadaan pesawat. Namun tak ada respon. Begitu juga saat Garuda Indonesia coba menghubungi pesawat, hasilnya nihil. Beberapa saat kemudian, dikonfirmasi bahwa pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, 4 menit setelah lepas landas.