Pada tahun ini, produsen pesawat asal Eropa, Airbus akan merayakan hari jadinya yang ke-50, yakni bertepatan dengan 50 tahun peluncuran pesawat Airbus pada Mei 1969. Dari sejumlah tanda tangan pada MOU yang terjadi selama perusahaan ini berdiri, Airbus telah berkembang menjadi pusat produksi yang menjual berbagai pesawat komersial, helikopter, hingga peralatan pertahanan dan ruang angkasa, menjadikan Airbus menjadi salah satu roda bisnis terbesar di Eropa.
Baca Juga: ‘Curi’ Pasar Boeing, Airbus Genjot Produksi A321XLR
Pada tahun 1969 silam, pabrikan pesawat asal Eropa ini sukses ditaklukkan oleh pabrikan pesawat asal Negeri Paman Sam – Boeing, Lockheed dan McDonnell Douglas. Dalam momen kerja sama yang tampaknya mustahil untuk dilakukan hari ini, Jerman dan Prancis bersama-sama menandatangani kemitraan baru untuk bersama-sama mengembangkan pabrikan pesawat baru yang disebut Airbus – dan semua karir Airbus dimulai dari sana.
Diantara sekian banyak varian pesawat yang sudah dirancang oleh Airbus, ternyata varian A320-lah yang keluar sebagai pesawat Airbus yang ‘laku keras’ di pasar. Ini tercatat dari buku kas perusahaan yang mengatakan bahwa 78 persen pesanan yang masuk ke perusahaan pada tahun 2018 lalu adalah A320. Ya, seperti yang sudak diketahui bersama, armada A320 identik dengan penerbangan regional jarak pendek – menengah. Namun setelah dilakukan upgrade terhadapnya, maka kini Airbus A320 sudah bisa melakoni perjalanan jarak jauh sekalipun.
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (23/5/2019), di tahun 2019 ini, Airbus mengirimkan pesawat ke-12.000nya ke maskapai asal Amerika, Delta Air. Tentu saja, merakit 12.000 unit pesawat dalam rentang waktu 50 tahun bukanlah perkara mudah dan sudah seyogyanya mendapatkan predikat sebagai sebuah lompatan besar bagi Airbus.
Namun sesungguhnya, yang paling fenomenal dari Airbus adalah gelar pesawat jet penumpang terbesar di dunia yang hingga saat ini masih disandang oleh A380 – kendati perusahaan sudah mengisyaratkan untuk menghentikan produksiannya. Pertama kali mengudara pada 27 April 2005 dan dua tahun berselang mulai melakukan operasi perdananya bersama Singapore Airlines – tepatnya pada 25 Oktober 2007.
Baca Juga: Dinilai Kurang Efisien, Akankah Airbus A380 Berjaya 20 Tahun Mendatang?
Apabila di tanya, “seperti apa masa depan dari Airbus?” maka sesungguhnya tidak ada yang bisa menentukan nasib dari produksian pesawat ini. Kondisi perusahaan yang terus mengalami fluktuasi menjadi penanda bahwa perusahaan ini benar-benar hidup dan seolah enggan menyerahkan ceruk pasarnya kepada rival abadinya, Boeing.
Tersandungnya nama Boeing akibat dua kecelakaan maut yang melibatkan maskapai Lion Air dan Ethiopian Airlines beberapa waktu yang lalu seolah jadi momentum yang sangat berharga bagi Airbus untuk membanjiri ‘buku pesanannya’.