Kebutuhan mesin di setiap pesawat sudah diperhitungkan sesuai daya yang dibutuhkan. Makin banyak mesin yang digunakan, makin besar penggunaan bahan bakar. Demikian juga sebaliknya. Namun, itu tak selalu demikian. Pada Airbus A380, misalnya, hanya menggunakan dua dari empat mesin ternyata bisa jadi lebih borong konsumsi bahan bakarnya ketimbang empat mesin digunakan seluruhnya. Kenapa demikian?
Baca juga: Bisakah Airbus A380 Terbang dengan Satu Mesin? Ini Jawabannya
Pesawat disebut-sebut sebagai moda transportasi paling aman di dunia. Di antara indikator penyebut pesawat paling aman adalah kemampuan dengan mesin tak seperti biasanya. Kemampuan ini sering disebut Extended-range Twin-engine Operational Performance Standards atau yang biasa disingkat ETOPS pada pesawat dua mesin dan LROPS atau Long Range Operations for extended range operation untuk pesawat tiga atau empat mesin.
Pada ETOPS dan LROPS, pesawat diuji untuk terbang dalam kondisi tidak normal, sebagai bagian dari simulasi keadaan darurat sebelum benar-benar melibatkan penumpang. Pesawat yang tidak lulus uji ETOPS atau tidak memiliki sertifikat ETOPS dan LROPS, tidak diperkenankan beroperasi secara komersial.
Dengan begitu, seluruh pesawat yang sudah beroperasi secara komersial, sudah pasti telah mengantongi sertifikat ETOPS maupun LROPS, salah satunya Airbus A380.
Terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya, mungkin sulit untuk membayangkan sebuah pesawat superjumbo Airbus A380 kehilangan daya akibat matinya satu, dua, atau bahkan tiga dari empat mesin yang ada. Tetapi, bila pun hal itu terjadi, apakah pesawat akan jatuh menukik layaknya batu yg jatuh dari ketinggian?
Dikutip dari Simple Flying, dalam kondisi tersebut, pesawat setidaknya akan mengalami tiga kemungkinan pergerakan; naik, turun, dan terbang stabil. A380 memiliki empat mesin (sebetulnya ada dua jenis mesin yang berbeda, tetapi untuk kemudahan hipotesis, kami akan mengambil contoh pada kasus ini) masing-masing dengan daya dorong sekitar 356,81 kN (80,210 lbf), yang memberi daya pada pesawat untuk terbang. Berarti, bila digabungkan, empat mesin memiliki daya dorong sekitar 1,427.24 kN (320.840 lbf).
Melihat bobot kosong A380, yakni 276 ton, setidaknya, daya dorong gabungan dari keempat mesin tersebut perlu menghasilkan daya dorong sekitar 2707 kN untuk membuat pesawat terbang vertikal ke langit, layaknya roket. Tentu daya dorong tersebut jauh di luar kemampuan mesin-mesin yang ada. Lagi pula, secara alami, pesawat tidak terbang langsung ke atas seperti roket melainkan terbang secara horizontal menggunakan sayap untuk mengubah energi kinetik menjadi daya angkat.
Dengan bergerak terbang horizontal layaknya kurva yang semakin meningkat, terbang dengan mesin tunggal 356,81 kN (80,210 lbf) berarti pesawat harus mempertahankan kecepatan jelajah di kisaran Mach 0,85 (903 km per jam). Jika tidak, pesawat akan mulai melambat dan kehilangan ketinggian. Secara matematis, kecepatan ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh mesin tunggal.
Dalam kondisi gawat darurat, sebetulnya A380 dirancang untuk tetap bisa terbang dengan dua mesin. Kurang dari itu, pesawat tidak akan mampu mempertahankan ketinggian.
Pertanyaan selanjutnya, apakah Airbus A380 yang beroperasi dengan dua mesin lebih hemat bahan bakar secara keseluruhan dibanding beroperasi dengan empat mesin?
Terkait hal ini, salah satu pengguna Quora berpendapat, terbang dengan dua mesin justru lebih boros bahan bakar ketimbang terbang dengan empat mesin.
Baca juga: ETOPS – Sertifikasi Darurat Pesawat Twin Engine Agar Layak Mengudara dengan Satu Mesin
Sejatinya, Airbus A380 didesain terbang dengan empat mesin. Kurang dari itu, pesawat memang bisa tetap terbang dan mempertahankan ketinggian, namun dengan catatan mesin yang ada, katakanlah dua mesin, bekerja ekstra keras mencapai batasnya. Ini pada akhirnya membuat mesin lebih boros bahan bakar ketimbang empat mesin yang beroperasi dengan porsi pembagian beban yang merata.