Sebuah video simulasi terbaru menunjukkan bagaimana percikan dari seseorang yang batuk di dalam pesawat terbukti dapat menyebar ke seluruh kabin. Simulasi yang dibuat oleh Purdue University’s School of Mechanical Engineering, Amerika Serikat (AS) tersebut dilakukan di dalam pesawat 767 dengan konfigurasi 2-3-2.
Baca juga: Seorang Penumpang Pesawat Dinyatakan Positif Virus Corona Saat di Udara
Seperti dikutip KabarPenumpang.com dari businessinsider.sg, video berdasarkan sebuah penelitian tahun 2014 antara para peneliti universitas dan insinyur Boeing ini, kala itu dilakukan untuk menentukan apakah mengubah sistem ventilasi pesawat akan mempengaruhi risiko tertular SARS atau tidak.
Meskipun saat itu penelitian terfokus pada tipe penyebaran SARS dan tidak dilakukan secara khusus untuk menetukan penyebaran Covid-19 di dalam kabin, namun, para ahli meyakini masih ada resiko besar penumpang bakal terpapar corona di dalam kabin pesawat; bahkan dengan sistem filter di dalam kabin canggih dan (sistem tersebut) berjalan dengan maksimal sekalipun.
Qingyan Chen, seorang profesor teknik Universitas Purdue yang berkontribusi besar dalam penelitian itu menyebut, sejatinya kabin pesawat memang tak dirancang untuk mencegah penyakit menular. “Sejujurnya, pesawat terbang tidak dirancang untuk mencegah penularan penyakit menular. Mereka tidak dirancang untuk melakukan pekerjaan itu,” ujarnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, di dalam kabin pesawat, terdapat teknologi High Efficiency Particulate Arresting (HEPA) dinilai mampu menyerap dan mengubah udara kotor (bahkan ukuran lebih kecil dari dari 2,5 mikrometer sekalipun) menjadi udara yang bisa diterima dengan baik oleh tubuh serta diklaim mampu membunuh 99 persen bakteriologis, tak terkecuali dengan virus Cina.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, jika seseorang yang duduk di tengah dalam (konfigurasi 2-3-3) batuk, setidaknya ada sekitar 10 orang yang terpapar corona, yakni enam orang di baris yang sama dan masing-masing dua orang di sisi jendela di baris pertama di belakangnya. Kemudian, bila dilihat dari sebaran aerosol di keseluruhan kabin, tampak hanya baris terdepan dan dua kursi paling belakang sebelah kanan di dekat jendela saja yang kemungkinan besar selamat dari paparan corona.
Saat ini, model penyebaran virus corona mungkin belum ada kepastian dari para ahli apakah mirip dengan SARS atau tidak. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah menegaskan bahwa virus Cina tidak menyebar di udara dalam bentuk aerosol dan tidak pula ditemukan (sebarannya) pada orang-orang dengan jarak dua meter.
Baca juga: Mau Naik Pesawat Saat PSBB? Kudu Siap Mati-matian Lakukan Hal Ini
Namun, beberapa penelitian justru menemukan hal sebaliknya, bahwa percikan dari orang bersin atau batuk mungkin bisa lebih dari sekedar dua meter dan dapat bertahan atau mengambang di udara dalam bentuk aerosol.
Sebuah studi yang diterbitkan awal bulan ini di Emerging Infectious Diseases Journal menemukan bahwa unit pendingin udara (AC) justru telah membantu menginfeksi virus corona ke sembilan orang di sebuah restoran tanpa jendela di Guangzhou, Cina, Januari lalu.