Airbus A380 sangat mewah dan megah sebagai pesawat komersial. Saking mewah dan megahnya, layanan di pesawat ini sering disebut istana terbang. Banyak orang berpikir pesawat komersial terbesar di dunia tersebut cocok untuk dijadikan pesawat jet pribadi. Lantas, adakah orang terkaya di dunia yang menjadikan Airbus A380 sebagai jet pribadi atau pesawat VVIP?
Baca juga: Airbus A380 Dikonversi Jadi Hotel di Dekat Bandara Toulouse Blagnac
Sejak terbang perdana pada 27 April 2005 dan pengiriman perdana ke maskapai Singapore Airlines pada Oktober 2007, A380 terus menunjukkan tajinya dan sangat digandrungi avgeek serta penumpang di seluruh dunia. Kabin luas, high tecnologhy, lebih senyap, lebih nyaman, dan banyak fitur canggih dinilai menjadi alasannya.
Pamor A380 semakin melejit tatkala raksasa maskapai penerbangan asal Timur Tengah, Emirates, memesan 117 unit pesawat superjumbo itu, didahului dan diikuti oleh maskapai besar lainnya yang semakin menjadikannya sebagai pesawat komersial termewah dan prestisius.
Seiring berjalannya waktu, pesawat lain yang lebih kecil dinilai jauh lebih efisien. Sudah begitu, tren penumpang juga berubah, dari semula penerbangan berbasis hub menjadi point-to-point. Hal ini tentu tak efisien bila menggunakan pesawat superjumbo quadjet. Perlahan A380 ditinggalkan maskapai. Alhasil, Airbus pun menyetop produksi A380 pada awal tahun 2019 silam.
Sebetulnya, hal itu tak terlalu berarti bila maskapai yang sudah memiliki pesawat itu terus menerbangkannya. Situasi kemudian berubah ketika wabah Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menghentikan penerbangan. Masa depan A380 makin suram dan maskapai ramai-ramai mempensiunkan A380 secara permanen.
Di tengah kondisi itu, banyak kalangan mendorong agar A380 dijadikan sebagai pesawat VIP bahkan VVIP, pesawat kenegaraan, serta jet pribadi, semata pesawat superjumbo itu tetap menghiasi langit dunia. Namun, itu ditolak mentah-mentah.
Menurut eks Associate System Engineer Airbus, Howard “Bart” Freidman, seperti dikutip dari Quora, Airbus A380 tidak mungkin dijadikan pesawat pribadi atau sebaliknya tidak mungkin ada orang tajir melintir bahkan orang terkaya di dunia sekalipun menjadikan Airbus A380 sebagai pesawat jet pribadi.
Hal ini setidaknya bisa dibuktikan dari pengalaman Pangeran Al Waleed bin Talal, orang terkaya ke-45 versi Forbes ini (kendati harta sesungguhnya dipercaya jauh lebih dari sekedar urutan ke-45).
Pada Oktober tahun 2007 silam, pangeran yang juga investor Apple dan Twitter itu pernah sepakat dengan Airbus untuk membeli Airbus A380 pertama sebagai private jet dengan mahar sekitar US$500 juta atau sekitar Rp8 triliun. Sebagai private jet, A380 akan dilengkapi dengan kandang unta, kuda, dan elang serta sederet fasilitas mewah lainnya. Singkat kata, proyek itu akhirnya batal terlaksana.
Baca juga: Nasib Malang Airbus A380, Tak Dilirik Jadi Angkutan Kargo Gegara Empat Alasan Ini
Disebutkan, ada banyak hal yang melatari kenapa tidak ada orang yang ingin menjadikan A380 sebagai private jet.
Pertama, tidak praktis karena tidak bisa mendarat di kebanyakan bandar. Ini tentu memperlambat mobilitas bos besar. Kedua, cost terlalu tinggi. Ketiga, biaya perawatan mahal. Keempat, volumenya terlalu rendah. Turunan dari keempat itu sebetulnya ada beberapa lagi yang memastikan A380 sangat tidak mungkin dijadikan jet pribadi, pesawat VVIP, atau bahkan pesawat kenegaraan.