Monday, April 7, 2025
HomeAnalisa AngkutanAda Pilot dan Helikopter Terbaik Dibalik Kecelakaan Kobe Bryant, Lantas Apa Sebabnya?

Ada Pilot dan Helikopter Terbaik Dibalik Kecelakaan Kobe Bryant, Lantas Apa Sebabnya?

Pada Minggu pagi sekitar pukul 9:45 pagi waktu setempat, helikopter Sikorsky S-76B dilaporkan hilang di lereng bukit dekat Kota Calabasas, California, sekitar 30 mil barat laut Los Angeles. Jika menilisik dari kapasitas, sebetulnya maksimum hanya delapan orang, dua awak kabin dan enam lainnya penumpang. Faktanya, pesawat nahas tersebut jatuh saat membawa sembilan orang termasuk Bryant dan putrinya, Gianna Maria Onore, yang berusia 13 tahun. Mungkinkah disebabkan oleh kelebihan muatan?

Baca juga: Pernah Kecelakaan di Indonesia Juga, Berikut Spesifikasi Helikopter Kobe Bryant Sikorsky S-76B

Hingga kini, pejabat Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat sendiri terus berkutat di lokasi untuk menyelidiki misteri di balik insiden tersebut. Sebagaimana kecelakaan pada umumnya, sambil menunggu proses investigasi usai, berbagai analisa dari pakar penerbangan global pun terus berdatangan. Tak terkecuali dari Les Abend, pilot senior Boeing 777 yang juga seorang analis penerbangan, sebagaimana dikutip dari CNN Internasional, Rabu, (29/1).

Menurutnya, dilihat dari segi akomodasi, helikopter khusus yang diproduksi pada tahun 1991 tersebut (Sikorsky S-76B) sebetulnya sangat baik dan dikelola oleh perusahaan charter pesawat yang juga baik. Bahkan, Island Express Helicopters, selaku perusahaan yang menyewakan helikopter tersebut menyatakan bahwa pilot Ara Zobayan, kapten pilot yang juga jadi korban, adalah pilot terbaik. Bersama Islan Express Helicopters, Ara telah berkarir lebih dari 10 tahun dan memiliki lebih dari 8.000 jam penerbangan.

Dari fakta di atas -pilot terbaik dan helikopter canggih versi komersial dari Black Hawk- analis yang juga kontributor senior majalah Flying ini menilai kecil kemungkinan terjadi kecelakaan. Belum lagi dari sisi dapur pacu. Lewat dua mesin poros turbo Pratt dan Whitney, helikopter memiliki daya cukup besar, untuk menggerakan rotor utama dan rotor ekor. Dengan kata lain, dua mesin jet kecil beroperasi bersamaan untuk memasok daya ke gearbox yang menjadikannya memililki sistem yang sangat andal. Rasanya sulit diterima adanya kecelakaan tersebut.

Sikorsky sendiri mulanya berangkat dari John Wayne, Bandara Orange County ke utara menuju Bandara Van Nuys. Laporan dari BMKG AS menunjukkan bahwa cuaca saat helikopter mengudara sedang mendung, dengan awan yang berarak di ketinggian 304 meter serta jarak pandang 6,4 kilometer.

Meskipun kondisinya dianggap horor, tetapi legal untuk dilewati Sikorsky S-76B dengan spesifikasinya yang lengkap, sesuai dengan aturan jarak pandang (Visual Flight Rules Clearance) yang ditetapkan oleh Administrasi Penerbangan Federal. Selain itu, dari segi armada, helikopter juga memiliki persyaratan yang lebih rendah (dibanding pesawat lainnya) karena kemampuan manuvernya yang lebih besar.

Kobe Bryant pose bersama Sikorsky S-76B dengan kode penerbangan N72EX yang merenggut nyawanya. Foto: Twitter

Akan tetapi, sebetulnya, sekalipun spesifikasi helikopter cukup aman untuk melintas dalam cuaca seperti itu, terlebih juga sudah mendapat izin terbang dari bandara tempat helikopter berangkat, terbang dalam kondisi cuaca tersebut tergolong tak lazim. Bahkan helikopter milik kepolisian Los Angeles pun tidak berani terbang dalam kondisi tersebut karena pilot dan petugas harus memiliki jarak pandang yang cukup ketika melakukan patroli. Menurut Les Abend, kemungkinan besar hal itu terjadi karena perbedaan regulasi. Kepolisian sangat mungkin memiliki aturan yang lebih ketat dibanding dengan operator helikopter charteran.

Bila melihat dari puing-puing, muncul dugaan bahwa ketika penerbangan mendekati Bandara Van Nuys, visibilitas atau jarak pandang cenderung menurun. Menurut data komunikasi terakhir, Sikorsky S-76B sempat tertahan di udara selama 12 menit sambil menunggu menara kontrol memberi arahan agar helikopter kembali masuk ke jalur aman.

Setelah mendapat arahan, helikopter pun kembali mengudara pada jalur 101. Komunikasi pilot dengan menara kontrol pun terdengar sangat profesional dan tak terindikasi adanya masalah. Setelah lebih dari empat dekade pengalaman mendengarkan komunikasi di udara, pendapat saya adalah bahwa respons dan nada suara pilot mencerminkan keakrabannya dengan rutinitas. Artinya, tidak ada hal lain yang membuat pilot bingung menghadapinya.

Namun, bila mendengar semua percakapan pilot dengan lebih teliti, penerbangan memang diduga mendapat perubahan medan yang cukup signifikan, ditambah jarak pandangan yang cukup berkurang. Jarak pandang atau prediksi terkait ketinggian pesawat dalam penerbangan seringkali tak sesuai dengan yang dilaporkan menara kontrol di daratan akibat ketebalan awan yang meningkat seiring ketinggian yang juga meningkat. Dengan kata lain, pilot lebih sulit melihat dan mengambil keputusan saat dihadapkan dengan kondisi nyata di depan mata, dibanding laporan dari menara kontrol yang notabene berada di daratan.

Namun, jika pilot pada dasarnya tetap mengikuti rute semula ke tempat tujuan, Les Abend menilai seharusnya tak akan terjadi masalah besar karena umumnya rute awal dapat menembus atau melewati bukit dan rintangan lainnya, sehingga jalurnya jelas. Tetapi, ia mengakui, pilot manapun, sekalipun menerbangkan helikopter di rute yang sudah dikuasainya, tetap akan dibuat kerepotan dengan kondisi jarak pandang yang terbatas. Ia kemudian menekankan, dalam kondisi tersebut, jika seseorang mengendarai mobil, mereka mungkin bisa berhenti atau bisa melalui kondisi jalan berkabut dengan lebih baik. Berbeda dengan pilot, ketika menyimpang dari jalur awal dengan kondisi jarak pandang terbatas, mereka hampir tidak punya waktu lebih untuk menghindari medan dan berakhir dengan menabak lereng bukit.

Data pelacakan dalam 15 detik terakhir penerbangan menunjukkan bahwa helikopter itu berada dalam penurunan cepat, disertai dengan peningkatan kecepatan yang cukup cepat. Peningkatan kecepatan tersebut mirip sepeda saat menuruni bukit. Ada kemungkinan bahwa data menunjukkan pilot sengaja mengurangi daya angkat untuk menjauhi medan pada detik terakhir. Penyelidik akan melihat segala sesuatu termasuk apakah ada gangguan teknis yang mengganggu pilot, atau menyebabkan helikopter menyimpang dari jalur penerbangan yang aman.

Terlepas dari itu, bukti lapangan puing-puing yang relatif besar dengan potongan-potongan kecil pesawat yang tersebar di lokasi kecelakaan, hal itu menunjukkan helikopter menabrak tanah dengan kecepatan tinggi. Sekalipun helikopter mengalami kegagalan mesin, pilot melakukan upaya manuver yang cukup baik atau biasa disebut “autorotation,” di mana bilah rotor berputar hanya menggunakan gaya aerodinamis, memungkinkan pesawat terbang untuk mendarat dengan kecepatan vertikal yang dapat bertahan. Jadi, bidang puing merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang sangat salah.

Baca juga: Igor Sikorsky, Kini Jadi Nama Bandara di Dua Negara

Guna mengungkap semuanya, NTSB atau Dewan Keselamatan Transportasi Nasional nantinya akan melakukan penyelidikan menyeluruh dengan terfokus pada hal-hal seperti, catatan pemeliharaan helikopter, data cuaca, kontrol lalu lintas udara, berat beban, dan keseimbangan pesawat, pengalaman pilot, waktu tugas pilot, hingga toksikologi pilot.

Seperti semua kecelakaan penerbangan lainnya, kecelakaan ini adalah tragedi yang mengerikan. Proses investigasi mungkin memerlukan waktu hingga satu tahun untuk menemukan kemungkinan penyebabnya, yang mungkin disebabkan banyak faktor.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru