Seiring banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi di Indonesia, maka semakin melambung juga nama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Tidak jarang, lembaga yang berdiri tahun 1999 berdasarkan Keppres No 105/1999 ini terjun langsung ke lapangan untuk melakukan investigasi terhadap suatu kecelakaan. Tidak hanya darat, KNKT pun kerap terlibat dalam proses pengumpulan data pasca kecelakaan udara dan laut. Tapi, siapa sih orang nomor satu di balik lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden ini?
Baca Juga: KNKT: Isi Black Box Bisa Diterjemahkan ke Format Excel
Adalah Soerjanto Tjahjono, pria berdarah Jawa kelahiran Jakarta, 23 Mei 1960 ini merupakan alumnus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin dan Aeronautika. Kecintaannya terhadap dunia penelitian, khususnya yang menyangkut soal transportasi, akhirnya mendorong Soerjanto dan beberapa rekan lainnya untuk mendirikan sebuah lembaga yang kini dikenal sebagai KNKT.
Menelusuri ke perjalanan karirnya, setelah mendapatkan gelar sarjana dari ITB pada tahun 1986, Ia memilih untuk bergabung dengan Garuda Indonesia setahun berselang untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatnya selama bangku perkuliahan.
Tidak hanya sebatas omong kosong belaka, Soerjanto membuktikan bahwa untuk menyalurkan kegemarannya dalam menginvestigasi suatu kasus diperlukan pengalaman nyata di lapangan. “Untuk jadi investigator tidak gampang, harus punya pengalaman di lapangan langsung, jadi bisa menentukan apakah sistem ini sudah berjalan dengan benar apa belum,” ungkap Soerjanto ketika ditemui KabarPenumpang.com (26/9/2017). “Kalau cuma modal ilmu, dijamin dia pasti pusing ketika menginvestigasi suatu kasus,” imbuhnya. Walaupun latar belakang pendidikannya di dunia aviasi, ini bukan menjadi penghalang bagi seorang Soerjanto untuk mendalami ilmu di moda darat dan laut.
Mantan General Manager Teknik dan Pemeliharaan Keselamatan Penerbangan di PT Garuda Indonesia periode 2001-2005 ini mengatakan sama sekali tidak pernah terpikirkan untuk menjadi orang nomor satu di KNKT. Kini, ia harus mengemban beban untuk menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia agar lebih berhati-hati dalam berkendara. “Miris ketika kami sudah memberi himbauan kepada masyarakat, namun tidak diindahkan, sehingga kecelakaan yang sama terus berulang,” tutur investigator multimoda ini.
Hilir mudik Soerjanto di dunia transportasi sudah tidak bisa diragukan lagi, terbukti dari banyaknya pengalaman dan pembelajaran berharga yang ia raih selama menjadi investigator multimoda. Namun, tidak semua kasus yang ia tangani menemukan titik terang. “Tantangan terbesar terletak di urusan non-teknis, dimana kita harus berhadapan dengan sebuah regulasi,” tukasnya. “Untuk masalah pencapaian yang paling membanggakan, setiap kasus yang berhasil kami pecahkan menjadi suatu pencapaian yang sangat berharga,” kata Soerjanto.
Baca Juga: Cegah Kecelakaan Bus, KNKT Himbau Pemda Berikan Fasilitas Istirahat Pengemudi
Untuk beberapa kasus lokal yang pernah ia tangani, investigator internal Garuda ini tidak menyangkali hal-hal aneh menjurus mistis yang membumbui investigasi tersebut. “Seperti dua kecelakaan yang terjadi di Gunung Salak, Bogor, pesawat TNI AU dan pesawat Sukhoi. Jarak jatuh keduanya hanya terpaut 25 meter saja. Dan boleh percaya boleh tidak, di atas lokasi kecelakaan tersebut merupakan makam Mbah Salak,” pungkas Soerjanto setengah sangsi.
Tidak bisa dipungkiri Soerjanto kini sudah tak muda lagi, waktunya ia untuk menentukan apa yang akan ia lakukan di masa tuanya kelak. “Selain ingin melanjutkan penelitian, mengembangkan over craft dan turbin angin yang saya buat, saya ingin membagikan ilmu dan pengalaman yang saya punya kepada siapapun.” Tutup Soerjanto bijaksana.