Ternyata, bukan mobil saja yang punya mobil derek, kereta pun punya kereta Derek. Dengan fungsi yang hampir serupa dengan mobil derek, kereta derek seolah menjadi suatu moda penting yang dapat membantu berjalannya pengoperasian kereta api di Indonesia, terutama jika terjadi kecelakaan. Inilah yang menjadi dasar Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk menghadirkan kereta derek untuk “ditugaskan” di Sumatera Utara.
Baca Juga: PT INKA, Kepercayaan Dunia Dalam Industri Kereta di Dalam Negeri
Sebenarnya, daerah Sumatera Selatan sudah memiliki kereta derek, namun usianya sudah terlalu tua untuk beroperasi. Peremajaan telescopic rail crane asal Jerman ini diharapkan dapat menggantikan peran dari kereta derek yang sudah ada sebelumnya. Adapun kereta penunjang keselamatan perkeretaapian ini telah dipesan pihak Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan senilai Rp 96,76 miliar pada tahun 2015 silam.
“Kereta derek sudah ada di Sumatera Selatan, tetapi usianya sudah tua dan kemampuannya di bawah 100 ton. Ketika ada kecelakaan di Sumatera Selatan, proses evakuasinya jadi lama karena kemampuan peralatan yang terbatas,” terang Dirjen Perkeretaapian Kemenhub kala itu, Hermanto Dwiatmoko. Adapun kereta derek baru ini berkekuatan 120 ton.
“Nanti kalau rel kereta antara Sumatera Utara dan Selatan sudah tersambung, kereta derek ini akan ditempatkan di tengah-tengah, mungkin di Riau,” tambahnya. Untuk menunjukkan keseriusannya, pemesanan ini ditandai dengan penandatanganan kontrak pengadaan peralatan berat untuk mengangkat dan menggeser beban akibat kecelakaan kereta. Sementara itu, Direktur Utama PT Multi Graha Teknika, Martin Moeljono menambahkan pembangunan kereta derek ini diharapkan selesai dalam 660 hari atau 22 bulan.
Perakitan kereta derek ini sendiri akan dilakukan di Leipzig, Jerman, bekerja sama dengan pembuat kereta Kirow. Walaupun dirakit di Jerman, Martin mengatakan tidak semua bagian dirakit di sana. “Gerbong di depan ini dibuat oleh PT Inka. Kegunaannya untuk melindungi kereta derek,” tambah Martin seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman merdeka.com (8/11/2015).
Adapun spesifikasi dari kereta derek ini adalah load moment 120 ton x 10 meter, lokomotif dengan beban maksimum 108 ton dan panjang maksimum 19 meter. Selain itu, kereta derek ini juga memiliki gerbong terbuka untuk mengangkut batubara muatan penuh dengan berat maksimum 72 ton dan panjang maksimum 15 meter serta kereta dengan berat maksimum 33 ton dan panjang maksimum 20 meter.
Baca Juga: Terima Tawaran dari Taiwan, PT INKA Siap-Siap Kembali “Kebanjiran” Order
Berbeda dengan kereta derek lainnya yang memiliki empat penyangga, kereta seberat 120 ton ini hanya membutuhkan maksimal dua penyangga. “Dengan tanpa penyangga maka apabila lokasi kecelakaan berada di tepi jurang atau di dekat tebing, kereta yang terguling atau keluar dari rel, tetap bisa dikembalikan ke rel. Kalau dulu, kereta derek membutuhkan empat penyangga di kiri-kanan agar kokoh dan kuat mengangkat beban,” jelas Martin.
Indonesia sendiri sebenarnya memiliki lima kereta derek, tiga berada di pulau Jawa dan sisanya ada di pulau Sumatera. PT KAI sendiri berencana untuk menambah sekitar enam kereta derek lagi untuk mengantisipasi perkembangan lalu lintas perkeretaapian yang akan semakin ramai.