Sentosa Island atau Pulau Sentosa bukan sesuatu yang asing dalam benak wisatawan Indonesia. Maklum Pulau Sentosa memang menjadi salah satu destinasi utama pelancong untuk menyambangi ikon hiburan ternama, seperti Universal Studio Singapore. Tapi, tahukah Anda sejarah pulau ini? Ternyata sejarah dari pulau ini menarik untuk disimak dari masa penjajahan hingga kini menjadi sebuah taman hiburan besar.
Baca juga: Ini Dia! Beberapa Rambu Lalu Lintas Yang Aneh di Singapura
KabarPenumpang.com merangkum dari focussingapore.com, Pulau Sentosa memiliki arti damai dan tenteram dalam bahasa Melayu. Dulunya sempat dijuluki sebagai Pulau Belakang Mati karena banyak sekali cerita tentang pertumpahan darah dan pembajakan yang terjadi di pulau ini. Merujuk ke masa lalu, tepatnya di abad ke 19, Sentosa menjadi sebuah pulau terlindungi sebagai bagian pertemuan pelabuhan Keppel dan tahun 1827 benteng di pulau ini diperkuat untuk pertahanan.
Sayangnya pertumbuhan tersebut menyebabkan kekhawatiran pada beberapa saham perusahaan batubara dan kemudian didirikanlah Benteng Siloso, Serapong, Connaught dan Mount Imbiah Battery. Tahun 1930, pulau Sentosa kemudian diperkaya secara ekstentif dan menjadi awal mula bagian terpenting sejarahnya.
Sebenarnya, Pulau Sentosa sendiri merupakan benteng militer Inggris selama perang dunia kedua. Senjata-senjata disimpan di benteng Siloso dan dijaga untuk melindungi pulau dari penjajahan Jepang. Sebab Inggris berpikir dari bagian selatan ini pulau Sentosa akan terjaga dengan damai, namun sayang tentara Jepang kemudian melakukan penyerangannya lewat bagian utara Singapura (Malaysia).
Sehingga tahun 1942 pulau Sentosa menjadi kamp tahanan Inggris dari Jepang. Tetapi, bisa dingat ini bukanlah akhir dari cerita, ini dikarenakan tahun 1945 ada pertukaran dan pulau ini kembali di diambil Inggris dari Jepang. Selanjutnya di tahun 1947, Pulau Sentosa menjadi pusat resimen resmi Singapura dari Royal Artileri dan digantikan unit infanteri Gurkha dan Fort Siloso serta Fort Serapong yang menjadi peristirahatan para umat gereja Katolik dan Protestan.
Setelah Inggris memberi kemerdekaan pada Singapura pada tahun 1960, kemudian menyerahkan Pulau Sentosa diserahkan pada Angkatan Bersenjata Singapura. Dan sepuluh tahun kemudian tepatnya 1970, Pemerintah Singapura memutuskan untuk mengembangkan pulau ini menjadi tempat hiburan bagi wisatawan lokal.
Tahun 1974, pemerintah Singapura membangun sistem cable car untuk menghubungkan Pulau Sentosa dengan Mount Faber dan dibukanya Fort Siloso, Surrender Chamber Wax Museum, Musical Fountain dan Underwater World. Delapan belas tahun kemudian di buka jembatan yang merupakan jalan pintas yang menghubungkan Pulau Sentosa dengan Pulau utama Singapura, dan tahun 2005 Sentosa Express masuk dalam rencana pemerintah untuk menggantikan kebutuhan monorel untuk komunikasi internal di Pulau Sentosa.
Saat ini, setelah dengan semua sejarah peperangannya, Sentosa menjadi destinasi menyenangkan di Singapura, baik untuk memacu adrenalin ataupun bersantai di tepi pantai dan juga menikmati berbagai destinasi lainnya. Jarak dari kota Singapura menuju pulau Sentosa hanya memakan waktu 15 menit dengan menggunakan Sentosa Express yang terletak di VivoCity lantai tiga yanng memudahkan wisatawan ke Sentosa, HarbourFront Center dan Stasiun James Power.
Baca juga: Sejarah MRT Singapura, Dibangun di Atas Keterbatasan Lahan
Selain itu juga bisa menggunakan MRT menuju HarbourFront dan ke VivoCity yang dilanjutkan dengan naik Sentosa Express. Untuk menggunakan jalan darat lainnya bisa menggunakan busa Sentosa berwarna kuning atau denhan kereta gantung bila ingin melihat lanskap Sentosa dari atas. Pulau Sentosa terletak di Selatan Singapura dengan luas area 465 hektar, sebagin wilayah pulau ini dihasilkan dari proyek reklamasi, yang tanahnya berasal dari Kepulauan Riau.