Disaat kita naik kereta api ada saja lokomotif memiliki beraneka ragam warna yang unik. Tak hanya yang saat ini dikenal sebagai warna dominan yaitu putih-oranye, beberapa lokomotif pilihan pun menjadi daya tarik terutama Railfan yang mengagumi bahkan menjadi lokomotif paling favorit bagi mereka. Ya, lokomotif-lokomotif bertemakan “vintage” inilah yang menjadi andalan mereka, karena dari livery-nya yang unik dan juga flashback saat jaman tahun 80 hingga 90-an.
Sebutan vintage merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti sesuatu yang sudah lama atau klasik. Kata ini bisa digunakan sebagai kata sifat atau kata benda. Lokomotif vintage ini sudah dijalankan bahkan wara wiri di jalur lintas Jawa. Rata-rata lokomotif vintage ini bernomor seri CC 201 dan CC 203.
Meski dimiliki depo induknya masing-masing, namun tak heran lokomotif livery lawas ini sudah banyak jadwal jam terbang untuk menarik rangkaian ke berbagai kota di Pulau Jawa. Bahkan ada pula yang harus “ditahan” di depo lokomotif yang bukan “rumahnya” untuk bantuan menarik rangkaian khusus atau bahkan menarik rangkaian kereta api lokal di wilayah tersebut.
Dikutip dari laman Indonesian Railway Preservation Society (IRPS), kini ada enam lokomotif jalur utama yang menggunakan livery lawas dari berbagai era dan diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery. Selain keenam lokomotif jalur utama tersebut, tentu saja ada beberapa lokomotif dengan penggunaan terbatas untuk langsir atau backup yang juga menggunakan livery lawas. Kali ini kabarpenumpang akan mengenalkan seri-seri lokomotif mana saja yang menggunakan vintage livery, berikut rangkumannya:
1. Lokomotif CC 2018331
Lokomotif ini merupakan vintage livery pertama yang diperkenalkan pada lintas jalur kereta api di tanah Jawa. Sejatinya, Livery ini digunakan sejak jaman Djawatan Kereta Api (DKA), Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) sampai dengan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Lokomotif CC 2018331 saat ini milik Depo Induk Semarang Poncol menjadi pilihan utama livery lawas ini. Livery lawas yang dikenakan oleh lokomotif ini adalah livery krem-hijau yang diperkenalkan oleh Djawatan Kereta Api pada tahun 1953, livery yang menandai awal era dieselisasi perkeretaapian Indonesia. Livery yang pertama kali dikenakan oleh lokomotif CC200 ini digunakan sampai 38 tahun kemudian di tahun 1991, di mana livery ini mengalami dua kali pergantian nama perusahaan dari Djawatan Kereta Api ke Perusahaan Negara Kereta Api, dan kemudian Perusahaan Jawatan Kereta Api.

2. Lokomotif CC 2018334
Masih di lingkup milik Depo Semarang Poncol, lokomotif vintage seri ini pun melanjutkan dan sebagai pelengkap dari lokomotif CC 2018331 tersebut. Menurut kabar yang beredar, pengecatan livery krem-hijau ini dilakukan secara mandiri oleh Depo Semarang Poncol, di mana sebelumnya lokomotif ini sudah terlebih dahulu menjalani perawatan 72 bulanan di Balai Yasa Yogyakarta dan keluar dengan menggunakan livery standar.
Lokomotif ini pertama kali beroperasi dengan livery lawas pada 16 Desember 2021. Perdana kedua lokomotif milik Depo Induk Semarang Poncol ini menjalankan tugasnya hanya di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang dengan menarik rangkaian kereta api jarak menengah saja, salah satunya KA Kaligung rute Semarang Poncol-Tegal-Cirebon Prujakan pp. dan KA Banyu Biru rute Semarang Tawang-Solo Balapan pp.
Menggunakan ornamen yang mirip dengan lokomotif CC2018331, perbedaan pada lokomotif CC2018334 adalah absennya pelat nomor depan-belakang dan bentuk abjad pada pelat nomor samping yang berbeda. Awalnya, tone warna lokomotif ini juga sedikit berbeda dengan tone warna lokomotif CC2018331. Namun tone warna ini menjadi sama setelah lokomotif ini juga menjalani perawatan 24 bulanan pada tahun 2023 silam.

3. Lokomotif CC 2019201
Tak mau ketinggalan dengan momen vintage livery era DKA sampai dengan PJKA ini, wilayah Daop 9 Jember pun turut mengganti vintage livery-nya juga pada lokomotif seri CC 201. Kehadiran lokomotif ini bertepatan dengan bulan HUT KAI ke-77 yaitu September 2022. Pada bulan tersebut, KAI pertama kali membuka open house di tiga balai yasa di Pulau Jawa yaitu Manggarai, Yogyakarta, dan Surabaya Gubeng, di mana lokomotif CC2019201 menjadi “artis” untuk vintage locomotive show pada acara open house Balai Yasa Yogyakarta. Berbeda dari kedua rekannya, lokomotif ini merupakan satu-satunya livery lawas menggunakan pendingin udara pada bagian kabin masinis.
Bagi yang awam melihat livery milik Depo Lokomotif Jember ini memang sama dengan vintage livery krem-hijau seperti miliki Depo Lokomotif Semarang Poncol, namun jika dilihat secara jeli atau detailnya posisi garis hijau kecil lebih renggang. Seperti kedua rekannya, lokomotif ini awalnya menghabiskan waktu dinasnya di wilayah Daop 9 Jember dan Daop 8 Surabaya, dengan tentu menarik rangkaian kereta lokal dan juga jarak menengah. Namun akhir-akhir ini lebih sering mampir ke wilayah Daop 1 Jakarta untuk menarik rangkaian kereta api jarak jauh. Ketepatan memilih seri Lokomotif CC 2019201 ini merupakan sejarah membuktikan bahwa lokomotif CC201 yang tiba di Indonesia tahun 1992 masih tetap dicat menggunakan livery krem-hijau oleh General Electric. Saat ke-20 lokomotif CC201 ini tiba, Perusahaan Jawatan Kereta Api telah berubah nama menjadi Perusahaan Umum Kereta Api yang juga diikuti dengan perubahan livery lokomotif dari krem-hijau menjadi merah-biru.

4. Lokomotif CC 2017717
Digadang-gadang sebagai “artis” Cirebon, lokomotif ini menjadi andalan para pecinta kereta api khususnya wilayah Cirebon. Lokomotif vintage livery generasi ke-4 ini merupakan salah satu lokomotif CC201 kelompok produksi pertama yang mulai beroperasi pada tahun 1977. Depo induk yang dimiliki lokomotif ini merupakan satu-satunya yang berada di wilayah Daop 3 Cirebon.
Sejatinya dahulu Depo Induk Cirebon lebih dominan memiliki seri lokomotif seri CC 201 dan rata-rata digunakan untuk menarik rangkaian KA jarak jauh dan menengah. Sayangnya, lokomotif kebanggaan dan yang paling tertua untuk seri dengan livery lawas ini tidak berkarir panjang. Insiden yang menimpa saat berdinas di wilayah Daop 2 Bandung, menjadi berita paling menyedihkan dijagat lingkup KAI. Lokomotif ini terlibat dalam tragedi Cicalengka pada 5 Januari 2024 dan mengalami kerusakan yang cukup berat. Lokomotif pun dibawa menuju Balai Yasa Yogyakarta dan hingga saat ini belum diketahui pasti apakah lokomotif ini akan diperbaiki atau karirnya sudah efektif berakhir untuk selamanya.

5. Lokomotif CC 2018348
Julukan “jago kandang” sepertinya sangat cocok untuk lokomotif livery merah-biru ini. Bagaimana tidak, lokomotif milik Depo Induk Sidotopo yang berada di wilayah Daop 8 Surabaya, selalu bertengger dan dinas di area itu saja. Dinas KA Lokal menjadi keseharian lokomotif ini, bahkan hanya dinas langsir di terminal petikemas di Stasiun Kalimas.
Fyi, lokomotif seri CC 2018348 ini diresmikan dan bertepatan pada perayaan 100 tahun Depo Sidotopo pada Desember 2023. Mengganti livery merah-biru pada lokomotif ini dilakukan setelah menjalani perawatan akhir di Balai Yasa Yogyakarta. Keunikan dari lokomotif ini adalah bentuknya yang sangat mirip seperti seri CC 203 dimana lokomotif ini telah mengahbiskan waktu dinasnya di wilayah Sumatera.
Saat ini pun livery merah-biru masih digunakan secara umum di wilayah Sumatera bagian selatan, namun penggunakan livery ini diperkenalkan kembali ke publik di wilayah Jawa sebagai livery yang “langka”. Lokomotif CC2018348 berpindah tugas ke Pulau Jawa sejak tahun 2012, bersama lima lokomotif lainnya termasuk CC2018349 yang juga menggunakan kabin widecab aerodinamis yang sayangnya sudah hilang wujudnya setelah berhenti beroperasi akibat tragedi Kedunggalar tahun 2018. Di awal beroperasi di Pulau Jawa, lokomotif ini masih menggunakan livery merah-biru era 1991-2008, namun kemudian berganti menggunakan livery standar setelah menjalani perawatan akhir di Balai Yasa Yogyakarta.

6. Lokomotif CC 2030203
Beralih ke seri lokomotif CC 203, kali ini livery lawas yang digunakan sangat berbeda di beberapa rekannya yang menunjukkan ciri khas klasiknya mulai dari era DKA. Lokomotif CC2030203 merupakan lokomotif kedua milik Depo Sidotopo yang menggunakan livery lawas sejak Februari 2024 lalu. Tentu saja, livery lawas yang dikenakan lokomotif ini adalah livery dua garis biru era 1995-2011. Livery ini bisa dikatakan sama halnya seperti livery pada lokomotif CC 204 yang saat ini masih digunakan di wilayah Sumatera Selatan. Pola livery dua garis biru yang dikenakan lokomotif ini mirip dengan pola livery buatan Balai Yasa Lahat untuk lokomotif CC204. Bedanya hanya pada tidak digunakannya warna kuning untuk dudukan dongkrak. Layaknya livery merah-biru, livery dua garis biru ini di Pulau Jawa diperkenalkan pada publik sebagai vintage livery. Lokomotif ini juga sekaligus menjadi lokomotif CC203 pertama yang menjadi lokomotif vintage livery.
