Investigasi tabrakan maut antara Airbus A350 JAL516 dan Bombardier DHC-8 milik Japan Coast Guard pada 2 Januari lalu, masih terus berjalan. Namun dari rekaman percakapan (transkrip) petugas pengatur lalu lintas udara (ATC) di Bandara Internasional Haneda menyiratkan bahwa telah terjadi pelanggaran prosedur, yang dalam hal ini bukan berasal dari petugas ATC.
Dikutip reuters.com (3/1/2023), disebut bila DHC-8 tampaknya tidak diizinkan untuk lepas landas sebelum tabrakan di landasan pacu (runway). Berdasarkan transkrip ATC, A350 JAL yang bertabrakan dengan DHC-8 Japan Coast Guard di bandara Haneda telah diberi izin untuk mendarat, namun pesawat yang lebih kecil (DHC-8) belum diizinkan untuk lepas landas,
Seluruh 379 orang yang berada di dalam pesawat Airbus A350 Japan Airlines (JAL) (9201.T) berhasil dievakuasi setelah pesawat tersebut terbakar menyusul kecelakaan pada hari Selasa dengan pesawat turboprop De Havilland Dash-8 Coast Guard tak lama setelah mendarat di bandara Haneda.
Namun lima orang tewas di antara enam awak Japan Coast Guard yang dijadwalkan berangkat dalam penerbangan untuk merespons gempa besar di pantai barat Jepang. Sementara kapten pilot berhasil lolos dari maut meski terluka parah.
A document, believed to be the ATC transcript of the #Haneda runway accident is circulating.
The crucial part:
17:44:56 TWR: “JAL516 runway 34right cleared to land..”
17:45:11 JA722A: “Tower JA722A Charlie.”
17:45:XX TWR: “JA722A Tokyo tower, good evening, number 1, taxi to… pic.twitter.com/C0EsO1Dr9O— JACDEC (@JacdecNew) January 3, 2024
Pihak berwenang baru saja memulai penyelidikan dan masih ada ketidakpastian mengenai keadaan di sekitar kecelakaan tersebut, termasuk bagaimana kedua pesawat tersebut berakhir di landasan yang sama. Para ahli menekankan bahwa biasanya kegagalan beberapa pagar pengaman menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat.
Dari transkrip instruksi pengendalian lalu lintas udara yang dikeluarkan oleh pihak berwenang tampaknya menunjukkan A350 apan Airlines telah diberi izin untuk mendarat sementara pesawat Japan Coast Guard telah diperintahkan untuk meluncur ke tempat penampungan di dekat landasan pacu.
Seorang pejabat dari biro penerbangan sipil Jepang mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada indikasi dalam transkrip tersebut bahwa pesawat DHC-8 telah diberikan izin untuk lepas landas.
Kapten pesawat DHC-8 mengatakan dia memasuki landasan pacu setelah mendapat izin, kata seorang pejabat Japan Coast Guard, sambil mengakui bahwa tidak ada indikasi dalam transkrip bahwa dia telah diizinkan untuk melakukannya.
“Kementerian Perhubungan menyampaikan materi yang obyektif dan akan sepenuhnya bekerja sama dengan … penyelidikan untuk memastikan kita bekerja sama mengambil semua tindakan keselamatan yang mungkin dilakukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa,” kata Menteri Transportasi Tetsuo Saito kepada wartawan.
Badan Transportasi Keselamatan Jepang (JTSB) sedang menyelidiki kecelakaan tersebut, dengan partisipasi lembaga-lembaga di Perancis, tempat jet Airbus dirancang, dan Inggris, tempat dua mesin Rolls-Royce diproduksi. Di Kanada, tempat Japan Coast Guard Dash-8 awalnya dibangun oleh Bombardier, badan keselamatan TSB mengatakan pihaknya juga akan ambil bagian.
Sementara itu, Kepolisian Tokyo sedang menyelidiki apakah kemungkinan kelalaian profesional menyebabkan kematian dan cedera, kata beberapa media, termasuk Kyodo dan surat kabar bisnis Nikkei. Polisi telah membentuk unit investigasi di bandara dan berencana untuk mewawancarai mereka yang terlibat, kata seorang juru bicara, namun menolak mengatakan apakah mereka sedang memeriksa adanya dugaan kelalaian.
Hari Ini, 44 Tahun Lalu, Tabrakan Dua Boeing 747 Jadi Kecelakaan Pesawat Terburuk Sepanjang Masa
Investigasi kecelakaan udara yang dilakukan secara paralel di masa lalu telah menimbulkan kekhawatiran mengenai ketegangan antara investigasi keselamatan sipil, yang mengandalkan diskusi terbuka mengenai kesalahan untuk membantu meningkatkan keselamatan, dan penyelidikan yang dipimpin polisi, yang dirancang untuk menyalahkan pihak-pihak yang bersalah.
“Ada kemungkinan besar terjadi kesalahan manusia,” kata analis penerbangan Hiroyuki Kobayashi, yang merupakan mantan pilot JAL. “Kecelakaan pesawat sangat jarang terjadi karena satu masalah, jadi menurut saya kali ini juga ada dua atau tiga masalah yang menyebabkan kecelakaan itu.”