Pada dasarnya, sayap pesawat dirancang dengan rasio fleksibel untuk menjaga tekanan yang tidak semestinya pada komponen titik keras (titik pemasangan badan pesawat). Tanpa hal ini, sayap akan patah pada titik penempelannya dan/atau badan pesawat akan retak pada titik tekanan (sayap, ekor) dan rusak.
Baca juga: Kurangi Efek Turbulensi, Sebaiknya Pilih Kursi di Dekat Sayap
Kelenturan sayap adalah kunci untuk terbang dalam turbulensi dan juga menangani beban pesawat dalam kondisi terbang normal. Kelenturan sayap pesawat memang memiliki peran penting dalam menghadapi turbulensi. Sayap yang fleksibel atau memiliki tingkat kelenturan yang sesuai dapat membantu pesawat menanggapi perubahan kecepatan angin atau turbulensi dengan lebih baik.
Turbulensi sendiri dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti perubahan kecepatan dan arah angin di atmosfer. Ketika pesawat melalui daerah turbulensi, sayap akan mengalami perubahan tekanan udara yang dapat mempengaruhi stabilitas dan keseimbangan pesawat.
Sayap yang memiliki tingkat kelenturan yang sesuai dapat menyerap sebagian getaran dan perubahan tekanan yang diakibatkan oleh turbulensi. Kelenturan ini membantu mencegah sayap dari gerakan yang mendadak atau ekstrem yang dapat memengaruhi stabilitas pesawat.
Sayap yang fleksibel juga dapat meminimalkan efek yang disebut “buffeting,” yaitu getaran yang terjadi pada sayap pesawat selama kondisi turbulensi. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan penumpang dan membantu menjaga integritas struktural pesawat.
Desain sayap yang baik juga dapat memperhitungkan karakteristik aerodinamika untuk mengoptimalkan penanganan turbulensi. Beberapa pesawat modern memiliki sayap yang dirancang khusus untuk meningkatkan efisiensi dan stabilitas selama kondisi turbulensi.
Baca juga: Peneliti Buktikan Bahwa Guncangan Akibat Turbulensi Bisa Diredam!
Selain kelenturan sayap, ada banyak faktor lain yang berkontribusi pada kemampuan pesawat menghadapi turbulensi, termasuk sistem avionik, perangkat pengaturan otomatis, dan pengalaman pilot.