Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanKenali Apa Itu 'Wake Turbulance' dan Insiden Maut American Airlines Flight 587

Kenali Apa Itu ‘Wake Turbulance’ dan Insiden Maut American Airlines Flight 587

Meski sebagian dapat dihindari, turbulensi (turbulance) dalam dunia penerbangan dianggap sebagai hal yang wajar, terlebih turbulensi kebanyakan tidak membayakan penerbangan, walau harus diakui membuat penumpang tidak nyaman. Nah, dari beragam jenis turbulensi, ada jenis turbulensi yang bukan diakibatkan oleh alam. Yang dimaksud adalah ‘Wake Turbulance.’

Wake turbulence adalah gangguan atau turbulensi udara yang dihasilkan oleh pesawat terbang saat mereka melintasi atau lepas landas. Ketika pesawat bergerak melalui udara, sayapnya menciptakan pusaran udara di sekitar ujung sayap. Pusaran ini dikenal sebagai vortex atau turbulensi sisa (wake turbulence).

Baca juga: Terjadi Turbulensi? Tetap Tenang dan Jangan Panik

Wake turbulence bisa menjadi bahaya bagi pesawat lain yang berada di belakangnya, terutama pesawat yang lebih kecil atau pesawat yang sedang dalam fase penerbangan yang rentan seperti lepas landas atau mendarat. Turbulensi sisa ini dapat mempengaruhi stabilitas dan kendali pesawat yang mengikutinya.

Vortex tersebut bisa bertahan cukup lama di udara, terutama jika kondisi angin tenang. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada ukuran, berat, dan kecepatan pesawat yang menciptakannya.

Pesawat besar seperti Airbus A380 atau Boeing 747 menghasilkan vortex yang lebih kuat dibandingkan dengan pesawat kecil.

Karena potensi bahaya yang ditimbulkan oleh wake turbulence, ada aturan khusus yang mengatur jarak yang harus dijaga antara pesawat-pesawat di udara. Pesawat yang mengikuti pesawat lain harus menjaga jarak yang cukup untuk menghindari masuk ke dalam turbulensi sisa yang dihasilkan oleh pesawat di depannya.

Dalam dunia penerbangan, wake turbulance pernah menjadi kenangan buruk, terutama pada insiden Airbus A300-600 American Airlines Flight 587 pada 12 November 2001. Kronologinya, saat pesawat lepas landas dari Bandar Udara Internasional John F. Kennedy (JFK), pesawat sebelumnya yang lepas landas adalah sebuah Boeing 747. Pesawat tersebut menghasilkan wake turbulence yang cukup kuat.

Pesawat Airbus A300-600 American Airlines Flight 587 mengalami turbulensi eksternal akibat dari wake turbulence yang dihasilkan oleh pesawat sebelumnya. Turbulensi tersebut menyebabkan pesawat mengalami getaran yang signifikan pada sayapnya.

Pilot merespons turbulensi tersebut dengan menggunakan pedal kemudi untuk melakukan manuver yang berlebihan pada ketinggian yang rendah. Manuver yang berlebihan tersebut menyebabkan tekanan yang berlebihan pada ekor pesawat. Akibatnya, bagian vertikal ekor (vertical stabilizer) pesawat mengalami kegagalan struktural dan terpisah dari pesawat. Hilangnya vertikal stabilizer mengakibatkan hilangnya kontrol pesawat dan menyebabkan pesawat jatuh.

Meski wake turbulence yang dihasilkan oleh pesawat sebelumnya bukan satu-satunya penyebab langsung dari kecelakaan tersebut, namun hal tersebut berperan dalam rangkaian kejadian yang menyebabkan hilangnya kontrol pesawat dan kecelakaan yang fatal.

Dalam insiden American Airlines Flight 587, jarak antara pesawat yang terlibat tidak menjadi faktor penyebab utama kecelakaan. Pesawat sebelumnya yang lepas landas adalah sebuah Boeing 747, sedangkan pesawat yang mengalami kecelakaan adalah Airbus A300-600.

Setelah penyelidikan insiden, tidak ada pelanggaran jarak yang tercatat antara kedua pesawat tersebut. Yang menjadi faktor penentu dalam kecelakaan adalah respons pilot terhadap wake turbulence yang dihasilkan oleh pesawat sebelumnya, yang mengakibatkan manuver yang berlebihan pada ketinggian yang rendah.

Jarak yang harus dijaga antara pesawat di udara untuk menghindari wake turbulence diatur oleh aturan-aturan penerbangan yang disusun oleh otoritas penerbangan sipil, seperti Federal Aviation Administration (FAA) di Amerika Serikat. Aturan tersebut memperhitungkan jenis pesawat, kecepatan, dan ketinggian pesawat yang menghasilkan wake turbulence, dan memberikan panduan tentang jarak yang aman yang harus dijaga oleh pesawat di belakangnya.

Baca juga: Mau Naik Pesawat dengan Turbulensi Minimal, Sebaiknya Pilih Penerbangan di Malam Hari

Meskipun jarak antara pesawat dalam insiden American Airlines Penerbangan 587 tidak menjadi faktor utama penyebab kecelakaan, insiden tersebut menggarisbawahi pentingnya pemahaman dan penanganan yang tepat terhadap wake turbulence dalam operasi penerbangan.

Dalam insiden American Airlines Flight 587, terdapat total 265 korban jiwa yang terdiri dari penumpang dan awak pesawat. Dari jumlah tersebut, 260 penumpang dan 5 awak pesawat tewas dalam kecelakaan tersebut.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru