Setiap sebelum lepas landas, penumpang akan diminta mematikan alat komunikasi (handphone atau ponsel dan sejenisnya) atau membuatnya dalam mode airplane. Tetapi, tidak ada imbauan apapun terkait penggunaan headset bluetooth sepanjang penerbangan. Faktanya, itu tidak diperkanankan sekalipun tidak dijelaskan. Kenapa demikian? Apakah headset bluetooth mengganggu penerbangan?
Baca juga: Tren Main Games di Pesawat: Penumpang Pilih ‘Mabar’ di Ponsel Ketimbang Layar IFE
Sebelum pandemi Covid-19, headset atau headphone bluetooth penggunaannya oleh penumpang sangat terbatas. Pasca datangnya Covid-19 dan dorongan untuk layanan serba touchless, maskapai mulai menghadirkan teknologi yang memungkin penumpang mengakses sistem inflight entertainment (IFE) menggunakan ponsel mereka, termasuk headset atau headphone bluetooth.
Qatar Airways menjadi maskapai pertama di dunia yang menghadirkan konektivitas bluetooth di sistem IFE pesawat. Itu memungkinkan penumpang menggunakan headset bluetooth masing-masing di berbagai armada pesawat Boeing 787-9, Airbus A350, dan lainnya.
Teknisnya, penumpang hanya perlu menghubungkan headphone bluetooth pribadi dengan sistem Oryx One maskapai dan mulai menikmati sistem IFE dengan pengalaman baru.
Terobosan maskapai raksasa asal Timur Tengah ini merupakan kelanjutan dari komitmen Qatar Airways untuk menyediakan pengalaman baru dalam penerbangan. Sebelumnya, maskapai sudah lebih dahulu meluncurkan teknologi Zero-Touch untuk kontrol IFE di setiap pesawat Airbus A350 Qatar Airways. Pada Februari lalu.
Layaknya konektivitas bluetooth, penumpang hanya perlu memindai kode QR menggunakan ponsel pribadi untuk mengontrol IFE tanpa menyentuhnya secara langsung.
Serupa dengan Qatar Airways, United Airlines berhasil menjadi maskapai pertama yang menyediakan konektivitas bluetooth di sistem IFE pesawat. Hanya saja, itu bukan pertama di dunia melainkan pertama di Amerika Serikat (AS).
Dalam gelaran United Next, maskapai tersebut dengan bangga meluncurkan generasi terbaru sistem IFE Panasonic Avionics.
IFE ini juga mengusung layar yang lebih besar, yaitu 10 inci untuk kelas ekonomi dan 13 inci untuk first class. Yang paling menarik tentu konektivitas bluetooth, untuk memungkinkan penumpang menggunakan headphone bluetooth pribadi mereka dalam menikmati film, TV, musik pada sistem IFE.
Untuk sementara waktu, maskapai baru menghadirkan inovasi ini di pesawat-pesawat tertentu. Tetapi pada 2025 mendatang, ditargetkan seluruh armada maskapai sudah dilengkapi dengan layar IFE dan konektivitas bluetooth.
Meski difasilitasi, dalam panduan yang dikeluarkan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) tentang tentang perangkat nirkabel di pesawat dari tahun 2013, maskapai diizinkan menentukan perangkat apa yang mengganggu jalannya penerbangan. Karena diberi kebebasan, tafsiran dari panduan itu sangat beragam, termasuk meliputi larangan penggunaan headset bluetooth selama penerbangan.
Baca juga: Alasan Berbahaya Mengapa Penumpang Wajib Beritahu Pramugari Saat Kehilangan Ponsel di Pesawat
Dilansir soundguys.com, di beberapa maskapai, pramugari/pramugara akan meminta penumpang melepas headset atau headphone sebelum lepas landas dan mendarat. Bukan karena frekuensi bluetooth mengganggu penerbangan, melainkan untuk memudahkan penumpang yang bersangkutan mendengar arahan kru saat terjadi keadaan darurat.
Dalam beberapa kasus, penumpang yang tak menuruti arahan kru terkait itu bahkan sampai diturunkan paksa dan dianggap sebagai unruly passenger.