Saturday, October 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanKasihan, Airbus A380 Qantas Mau Comeback, tapi Terkendala Hal Ini

Kasihan, Airbus A380 Qantas Mau Comeback, tapi Terkendala Hal Ini

Menyambut peningkatan jumlah penumpang udara, Qantas berupaya mengoperasikan kembali armada Airbus A380 yang saat pandemi Covid-19 disimpan di kuburan pesawat. Sayangnya, proses pengembalian armada pesawat komersial terbesar di dunia tersebut terkendala sejumlah hal. Kabar buruknya, A380 Qantas diperkirakan tak mungkin bisa beroperasi kembali (comeback) selurunya hingga awal tahun 2025.

Baca juga: Bos Qantas: Butuh 10 Insinyur dan 4.500 Jam Kerja untuk ‘Bangkitkan’ Satu A380 dari ‘Kuburan’

Dalam pidato saat sesi makan siang bersama para kolega bisnis dan wartawan di Sydney akhir Oktober lalu, bos Qantas, Alan Joyce, mengungkapkan sejak pandemi Covd-19 menjangkiti seluruh dunia pada awal tahun 2020, pihaknya menggrounded seluruh armada A380 yang dimilikinya sebanyak 12 unit.

Perubahan strategi bisnis di masa mendatang juga membuat dua di antaranya dipensiunkan dini dan dihapus dari layanan.

Sedangkan 10 lainnya ketika itu bersiap menyambut datangnya libur Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru) yang besar kemugkinan akan ada peningkatan permintaan penerbangan.

Kemungkinan tersebut bukan isapan jempol belaka mengingat akhir tahun lalu pandemi Covid-19 sudah mereda dan hampir berakhir, mendorong orang-orang di seluruh dunia bepergian setelah bertahun-tahun dilarang kemanapun di bawah aturan lockdown ketat.

Sayangnya, mengaktifkan 10 unit A380 bukan perkara mudah. Qantas harus merogoh kocek tak sedikit untuk membayar insinyur dan penggantian beberapa komponen penting yang fungsinya sudah menurun lantaran dua tahun di-grounded atau tidak beroperasi.

Joyce menyebut, untuk mengoperasikan kembali satu Airbus A380, butuh sekitar 10 insinyur selama dua bulan (4.500 jam kerja). Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Qantas. Belum selesai masalah tersebut, Joyce kembali mengungkap kendala lainnya.

Upaya Qantas mengembalikan armada A380 ke dalam layanan terkendala slot layanan Maintenance, Repair and Overhaul (MRO). Qantas diketahui memfokuskan layanan MRO untuk armada A380-nya di fasilitas MRO di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pilihan tepat mengingat A380 maskapai sebelumnya disimpan di fasilitas jangka panjang yang juga terletak di Negeri Paman Sam.

Lagi pula, di dunia, hanya segelintir fasilitas atau hanggar MRO yang sanggup melayani A380. Meski begitu, di setiap benua fasilitas tersebut sudah ada walau jumlahnya bisa dihitung jari dan rata-rata dimiliki oleh pemain besar seperti Lufthansa Technik.

Qantas sebetulnya juga mengirim armada A380-nya ke fasilitas MRO Abu Dhabi milik Abu Dhabi Aircraft Technologies. Hanya saja, maskapai nasional Emirat itu, Etihad Airways, juga mengaktifkan kembali 10 A380. Tentu saja Qantas harus menunggu bergantian setelah A380 Etihad selesai.

Baca juga: Batam Aero Technic Jadi Fasilitas MRO Pesawat Terluas Ke-2 Dunia, Kalahkan AS-Cina

“Setiap fasilitas maintenance di seluruh dunia sangat penuh karena setiap maskapai berusaha untuk membuat pesawat mereka kembali beroperasi,” jelas CEO Qantas, Alan Joyce, kepada Aviation International News.

Atas berbagai kendala di atas, Qantas, yang mulanya optimis 10 armada A380nya akan beroperasi seluruhnya dalam dua tahun, kini mengungkapkan sampai awal tahun 2025, belum semua armada A380nya dapat kembali ke dalam layanan.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru