Belum lama ini nyaris terjadinya insiden atas pesawat narrow body Airbus A220. Meski tidak dikonfirmasi asal maskapai, lokasi dan waktu kejadian, Administrasi Penerbangan Federal – Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat, telah merilis Petunjuk Kelaikan Udara – Airworthiness Directive (AD) untuk mencegah terjadinya masalah mesin pesawat yang mendadak otomatis mati saat pendaratan.
Baca juga: Airbus A220 Adakan Tur Demonstrasi Asia-Pasifik, Sambangi Indonesia?
Dikutip dari aerotime.aero, pada 23 Desember 2022, FAA merilis petunjuk kelaikan udara, yang efektif berlaku pada 31 Januari 2023, yakni untuk mencegah insiden mesin otomatis mati, tidak terulang kembali.
Shutdown mesin ganda Pratt & Whitney 1500G pada A220 terjadi saat pesawat mendarat, yang berdampak pada kemampuan pengereman pesawat, karena pesawat kehilangan tenaga, serta kemampuan untuk mengontrol sistem hidrolik.
FAA tidak menyebutkan kapan peristiwa itu terjadi. Namun, Aviation Safety Network mencatat sebuah insiden terjadi pada Juli 2021, di mana sebuah Airbus A220-300 milik airBaltic dengan kode YL-AAQ, mengalami shutdown pada kedua mesin saat mendarat di Bandara Kopenhagen, Denmark.
Menurut FAA, setelah penyelidikan atas masalah tersebut, diketahui karena adanya ketidaksesuaian antara daya dorong yang sebenarnya dan yang diperintahkan. Akibatnya, ketidaksesuaian memicu thrust control malfunction (TCM) detection logic dan pesawat mematikan kedua mesin segera setelah sensor roda mendeteksi bahwa pesawat telah mendarat secara fisik di landasan.
Untuk mencegah situasi seperti itu terjadi di masa mendatang, maka operator pesawat harus menghapus versi perangkat lunak electronic engine control (EEC) full authority digital engine control (FADEC) dan menggantinya dengan perangkat lunak yang diperbarui.
Air Line Pilots Association, International (ALPA) adalah satu-satunya pihak yang mengomentari arahan tersebut, dengan sepenuh hati menyetujui perubahan tersebut.
Baca juga: Lama ‘Nganggur’, Pesawat Uji Terbang Airbus A220 Sekarang Jadi Mockup
Instansi pemerintah memperkirakan pembaruan perangkat lunak akan memakan waktu dua jam dengan biaya US$170 per pesawat. Karena Airworthiness Directive memengaruhi 147 mesin yang dipasang pada pesawat yang terdaftar di AS, FAA memperkirakan total biaya untuk operator di negara tersebut menjadi US$24.990.