Rolls-Royce dilaporkan sukses menguji coba mesin berkode AE 2100 bertenaga hidrogen belum lama ini. Mesin turboprop AE 2100 dan mesin jet Pearl 15 yang selurunya menggunakan bahan bakar hidrogen terbukti mampu menerbangkan pesawat sekalipun masih dalam kecepatan rendah. Uji coba tersebut diketahui merupakan bagian dari kerja sama dengan maskapai asal Inggris, easyJet.
Baca juga: 2023 Pesawat Falcon 50 Berbahan Bakar Amonia Terbang Perdana, Tantang Pesawat Hidrogen Airbus?
Pada bulan September lalu, Rolls-Royce kedapatan mempresentasikan mesin uji AE 2100 berbahan bakar hidrogen dalam gelaran konferensi maskapai (easyJet) tentang roadmap to net zero aviation. Belakangan, BBC International melaporkan itu telah sukses dilakukan.
“Biasanya, kami menggunakan bahan bakar minyak tanah. Minyak tanah adalah hidrokarbon dan karena itu menghasilkan karbon dioksida saat dibakar. Keindahan melihat bahan bakar seperti hidrogen adalah bahwa ia tidak mengandung karbon apa pun dan, oleh karena itu, ketika dibakar, ia tidak menghasilkan CO2,” jelas Direktur teknologi kedirgantaraan Rolls-Royce, Alan Newby.
Sementara itu, Chief Operating Officer easyJet, David Morgan, mengungkapkan, pihaknya sempat melirik teknologi pesawat listrik bebasis baterai sebagai solusi mencapai penerbangan nol karbon atau bebas karbon atau bebas emisi di masa depan.
Akan tetapi, itu dianggap tidak cocok dengan pesawat komersial, baik narrowbody maupun widebody, seperti yang diterbangkan maskapai penerbangan pada umumnya.
Baca juga: Alasan Boeing Pesimis Hidrogen Sebagai Bahan Bakar: Tangki Bahan Bakar Lebih Besar dari Kabin
“Kami melihat teknologi baterai, dan cukup jelas bahwa teknologi baterai mungkin tidak akan melakukannya untuk pesawat komersial besar yang kami terbangkan. Kami sampai pada kesimpulan bahwa hidrogen adalah proposisi yang sangat menarik bagi kami,” ujarnya.
Terpilihnya hidrogen menjadi bahan bakar berkelanjutan memang tidak mudah. Boeing bahkan bukan hanya meragukan hidrogen tetapi juga menolaknya karena dianggap kompleks.
Agar bisa menjadi sumber penggerak mesin, hidrogen diubah terlebih dahulu menjadi cairan dengan cara didinginkan hingga -253C. Tak berhenti sampai di situ, hidrogen cair perlu diubah kembali menjadi gas agar bisa menggerakkan mesin.
Selain itu, hidrogen cair membutuhkan ruang sekitar empat kali lipat volume minyak tanah yang sama, sehingga diperlukan tangki dan sistem bahan bakar baru yang tentu saja lebih besar.
Baca juga: Inilah Rolls-Royce UltraFan, Mesin Pesawat Terbesar di Dunia, 100 Persen Ramah Lingkungan
Hidrogen sendiri terbagi menjadi tiga jenis, abu-abu, biru, dan hijau. Dua jenis pertama, ini terbuat dari bahan bakar fosil seperti gas bumi atau batu bara. Bedanya, bila dalam proses produksi hidrogen abu-abu, emisi karbon atau CO2 langsung dilepas ke udara, emisi CO2 dalam proses produksi hidrogen biru ditampung di sebuah wadah sehingga jejak karbonnya lebih sedikit.
Akan tetapi, hidrogen hijau berbeda dari keduanya. Ini diproduksi dari air, termasuk matahari dan angin. Hanya inilah jenis hidrogen yang bisa disebut berkelanjutan. Air diurai menjadi oksigen dan hidrogen, dengan bantuan listrik yang bersumber dari energi angin atau matahari. Hidrogen jenis inilah yang menjadi bahan bakar mesin AE 2100 Rolls-Royce.