Tuesday, November 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanKenapa Pesawat Combi Tidak Lagi Diproduksi?

Kenapa Pesawat Combi Tidak Lagi Diproduksi?

Pamor pesawat Combi sempat kembali meningkat saat pandemi Covid-19 mengjangkiti dunia. Banyak pesawat dikonversi menjadi pesawat Combi lantaran dinilai menguntungkan, di saat pasar penumpang lesu. Meski begitu, sudah sejak tiga dekade belakangan tidak ada satupun pesawat Combi yang diproduksi pabrikan pesawat. Kenapa demikian?

Baca juga: Ironi Pesawat Combi, Sempat Diandalkan Kini Ditinggalkan

Menurut analisa Director of Safety Asosiasi Internasional Transportasi Udara (IATA), seperti dikutip dari Quora, tidak diliriknya pesawat Combi di pasaran tak lepas dari faktor efisiensi dan permintaan pasar. Efisiensi di sini sebetulnya menjadi bak dua mata pisau.

Di satu sisi, produsen pesawat tidak ingin membangun pesawat Combi dedicated karena tak diminati maskapai, di sisi lain maskapai tak terlalu berminat mengkonversi pesawat penumpang atau kargo menjadi pesawat Combi karena rata-rata berbasis pesawat lama yang konsumsi bahan bakarnya tak seirit pesawat modern.

Permintaan pasar juga mempengaruhi kenapa pesawat Combi terakhir yang diproduksi cukup lama yaitu pada tahun 1990 (MD-11C). Disebutkan, pesawat membutuhkan banyak trim untuk menyeimbangkan bobot. Itu karena bobot penumpang dan kargo tidak sama.

Selain itu, tidak banyak rute yang membutuhkan kargo sebanyak itu atau sedikit penumpang. Pada akhirnya, pesawat Combi hanya menjadi pesawat musiman saja semisal selama pandemi Covid-19.

Pesawat Combi sendiri adalah pesawat yang penggunaan kabinnya fleksibel untuk memuat penumpang dan kargo. Ini sedikit berbeda dengan pesawat QC atau Quick Change, dimana pesawat bisa dikonversi dari penumpang ke kargo dan sebaliknya hanya dalam tempo 30 menit.

Biasanya, pesawat Combi ini memiliki tiga skema konfigurasi. Konfigurasi pertama, misalnya pada pesawat Boeing 737-700, pesawat Combi menawarkan payload atau muatan sebanyak 13,7 ton dengan enam posisi palet.

Konfigurasi kedua, menawarkan 15,8 ton muatan dengan tujuh palet. Adapun terakhir, versi full full-freighter pesawat ditawarkan menampung 18,2 ton muatan. Masing-masing konfigurasi tersebut tetap menawarkan kabin penumpang dengan kapasitas 12 dan 24.

Di masa-masa awal pandemi Covid-19, mayoritas perbatasan internasional tutup. Tidak ada penerbangan penumpang. Namun, kebutuhan peralatan dan perlengkapan medis justru meningkat di seluruh dunia, mendorong pesawat-pesawat keluar masuk satu negara ke negara lain untuk menjemput dan mengirim itu.

Saking tingginya permintaan perlengkapan dan peralatan medis, dan di saat yang bersamaan permintaan penerbangan penumpang jatuh ke titik terdalam, berbagai maskapai di dunia memenuhi kabin penumpang dengan kargo meski kursi-kursi belum dicopot alias masih dalam konfigurasi penumpang.

Sejak saat itu, berbagai maskapai mulai mengubah konfigurasi pesawat mereka menjadi pesawat Combi, semata untuk memaksimalkan pengangkutan kargo dan penumpang di kabin utama dalam sekali jalan.

Pesawat Combi rata-rata diisi oleh pesawat-pesawat Boeing; Boeing 747, Boeing 727, 737, dan 757. Pabrikan lain juga punya varian Combi, sebut saja ATR 42 Combi.

Baca juga: Boeing 747 Combi, Solusi Maskapai Angkut Penumpang dan Kargo di Era Pandemi Covid-19

Menurut data ch-aviation.com, sejak tahun 2013, permintaan pesawat Combi terus menurun sampai tahun ini.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Namun yang utama adalah masalah usia pesawat itu sendiri. Boeing 747, 727, dan 757 adalah deretan pesawat terpopuler puluhan tahun lalu. Tetapi sekarang tidak.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru