Pesawat ATR 42-500 Precision Air yang membawa 39 penumpang termasuk satu bayi jatuh ke Danau Victoria, Tanzania, Minggu, 6 November kemarin. Akibatnya 19 orang dilaporkan tewas. Belum ada keterangan pasti penyebab kecelakaan pesawat dengan nomor registrasi 5H-PWF itu. Namun saat kejadian, hujan deras dan kabut tebat menerjang lokasi sekitar Danau Victoria.
Baca juga: Hanya Butuh Landasan 800 Meter, ATR 42-600S Siap Beraksi di Tahun 2022
Laporan Reuters, pesawat dengan nomor penerbangan PW 494 itu diketahui lepas landas dengan aman tanpa permasalah teknis apapun dari kota terbesar di Tanzania, Das es Salaam, ke Bukoba, yang terletak di tepi danau terbesar di Afrika tersebut.
Menjelang tiba di bandara, pesawat dari maskapai penerbangan swasta terbesar di Tanzania itu diterjang kabut tebal dan hujan deras. Sebetulnya, di pesawat-pesawat canggih terbaru seperti Airbus A350, Airbus A320, dan Boeing 737 MAX, kabut tebal dan hujan deras tidak menjadi masalah serius.
Andai jarak pandang sangat buruk pun dimana pilot-kopilot tak bisa melihat apapun, ada fitur autoland atau pendaratan otomatis yang bisa digunakan untuk membawa pesawat mendarat dengan aman. ATR 42-500 sebetulnya juga mempunyai fitur tersebut.
Begitu juga dengan ATR 42-500 Precision Air produksi tahun 2010 silam. Ini tentu menjadi pertanyaan besar. Andai pilot-kopilot mengaktifkan fitur autoland sebelum kecelakaan, ini akan menjadi catatan tersendiri. Demikian juga sebaliknya, andai memaksa pendaratan manual saat visibilitas rendah, ini juga menjadi tugas berat tim penyidik untuk mengungkap hal tersebut.
Di tengah hujan lebat dan kabut tebal itu, pesawat akhirnya jatuh ke Danau Victoria dan menewaskan 19 orang. Sementara itu 25 orang lainnya, terdiri dari penumpang dan kru, dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Melalui lama Twitter resminya, maskapai Precision Air, yang saat ini sebagian sahamnya dimiliki Kenya Airways, mengatakan pihaknya tidak ingin menduga-duga penyebab terjadinya kecelakaan. Saat ini, pihaknya masih fokus menyelamatkan korban luka.
Maskapai berjanji akan membuka penyebab kecelakaan pesawat jatuh ke Danau Victoria segera setelah penyelidikan dan evakuasi tuntas.
Pesawat ATR 42 memang tidak lebih terkenal dan laris di pasaran dibanding ATR 72. Meski begitu, varian itu (ATR 42) sudah diproduksi sebanyak 400-an unit sejak dekade 80an dan masih terus diproduksi sampai saat ini dan banyak digunakan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, seri ATR 42 yang dipakai adalah ATR 42-300 dan ATR 42-500, masing-masing oleh Trigana Air dan Pelita Air.
Baca juga: Sejarah ATR, Produsen Pesawat Regional Terbesar Dunia Besutan Perancis-Italia
ATR 42 memang sangat cocok dengan karakter penerbangan perintis di Indonesia, khususnya Indonesia Timur. Selain tangguh dan mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek (STOL), Pesawat juga bisa menampung banyak penumpang sampai 40an.
Kendati begitu, ATR 42 secara kuantitas masih kalah dibanding ATR 72 yang banyak digunakan maskapai Indonesia di rute-rute regional.