Saturday, April 19, 2025
HomeAnalisa AngkutanQatar Airways Ingin ‘Kuasai’ Penerbangan ke Australia, tapi Dijegal Qantas

Qatar Airways Ingin ‘Kuasai’ Penerbangan ke Australia, tapi Dijegal Qantas

Qatar Airways terus berupaya untuk menambah penerbangan menjadi 21 flight per pekan. Ini dilakukan dalam rangka mengambil lebih banyak ceruk pasar penerbangan di benua terkecil itu seiring mahalnya harga tiket Qantas yang terpaksa dibeli penumpang. Sayangnya, upaya Qatar Airways tak begitu mulus. Qantas, selaku falg carrier nasional Australia, terus menjegalnya.

Baca juga: Masalah Keamanan, Qantas Tiba-tiba Batalkan Penerbangan Perth-Jakarta, Gegara Wanita Terobos Istana?

Terbaru, Qantas lagi-lagi menjegal permohonan penambahan frekuensi penerbangan Qatar Airways dari dan ke Australia, dengan mengajukan permohonan keberatan kepada pemerintah federal. Dalam detail permohonannya, Qantas berpendapat bahwa itu tidak adil dan berpotensi besar menyebabkan lebih banyak PHK dari Group Qantas dan mitra kerjanya andai itu (permohonan Qatar Airways) diizinkan.

Tanpa banyak pertimbangan, pemerintah federal pun menerima permohonan Qantas dan menolak berkas permohonan Qatar Airways.

Diperlakukan seperti itu, CEO Qatar Airways, Akbar Al Baker, pun mengungkit andil maskapai yang pimpimnnya selama pandemi.

Disebutkan, selama pandemi Covid-19, saat Qantas memangkas frekuensi penerbangan dari dan ke Australia dan disaat yang bersamaan menaikkan harga tiket pesawat berkali-lipat, Qatar Airways justru hadir dan memberikan penerbangan yang lebih rasional dibanding Qantas.

Ia juga menduga, Qantas sengaja melakukan itu agar mendapat keuntungan berlipat untuk perusahaan dan pemegang saham, tanpa memikirkan kondisi dan keuangan warga negara Australia yang terjebak di luar negeri dan ingin pulang .Karena terdesak, pada akhirnya, penumpang banyak yang terpaksa membeli tiket super mahal Qantas.

“Operator terbesar di Australia (Qantas) telah memangkas penerbangannya menjadi 50 persen dari tingkat pra-Covid, lebih dari dua kali lipat harga tarif kepada orang-orang Australia demi keuntungan para pemegang saham,” kata Baker kepada Sky News.

“Kami menghubungkan orang-orang Australia dengan dunia selama periode paling sulit dalam sejarah penerbangan (pandemi Covid-19),” ujarnya.

“Kami melanjutkan tanpa gangguan di puncak Covid, melayani tiga titik utama di Australia, Sydney, Perth, dan Melbourne. Kami juga menambahkan selama pandemi Brisbane ke (dalam) jaringan.,” tambahnya. Sampai saat ini, Qantas belum membuka suara atas berbagai tuduhan dari Akbar Al Baker.

Diketahui, Qantas saat ini tengah mempersiapkan diri untuk menyambut peak season Natal dan Tahun Baru 2023. Maskapai juga masih berkutat dengan dampak panjang akibat krisis kemarin, salah satunya rantai pasokan yang masih belum stabil.

Baca juga: Qatar Airways Tutup Rute ke Negara Selain Peserta Piala Dunia 2022

CEO Qantas, Alan Joyce, dalam acara American Chamber of Commerce Australia di Sydney pada 24 Oktober, mengungkapkan, saat ini salah satu komponen pesawat, aircraft windshelds, atau kaca depan pesawat bisa dibilang langka.

Dahulu, sebelum pandemi, Group Qantas butuh waktu hanya 12 sampai 24 jam untuk mengganti kaca depan pesawat. Saat ini, paling cepat butuh tujuh hari. Selain barangnya susah didapat, maskapai juga masih kekurangan SDM.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru