Tak sedikit penumpang yang merasakan takut sesaat menjelang pesawat lepas landas (take-off), pasalnya dalam kondisi itu mesin pesawat dipacu kencang dengan suara yang lumayan keras menembus kabin. Lantaran menjadi situasi yang kurang nyaman, ada saja penumpang yang bertanya, apakah saat take-off kecepatan pesawat dapat diturunkan? Umumnya mereka berharap agar efek hentakan saat take-off dapat dikurangi.
Baca juga: Empat Faktor Eksternal Penyebab Kecelakaan Pesawat Saat Take Off dan Landing
Berangkat dari pertanyaan klasik di atas, sejumah penerbang dan mantan penerbang di forum quora.com memberikan beberapa pendapatnya untuk mencerahkan wawasan netizen. Sebut saja Ross Whittle, mantan pilot Emirates Airlines (2006 – 2016) menyebutkan, bahwa harus ada kecepatan minimum di mana sebuah pesawat dapat menghasilkan daya angkat yang cukup untuk menopang beratnya.
Di bawah kecepatan tersebut, maka sebuah pesawat tidak akan mampu lepas landas. Ada kasus pilot yang mencoba membuat pesawat lepas landas di bawah kecepatan ini, yang dalam kasus ekstrim menyeret ekor pesawat di sepanjang landasan (tail strike).
Lain dari itu, jika seorang pilot memutuskan berada pada kecepatan minimum ini, yang didapatkan bukan kecepatan efisien, karena menghasilkan jumlah drag yang tinggi. Ross Whittle yang kini menjadi instruktur penerbang di New South Wales, Australia menegaskan, kecepatan lepas landas harus diperhitungkan untuk memungkinkan pesawat mengudara dengan margin yang nyaman di atas kecepatan minimum dan dalam lower drag regime.
Pada intinya, perlu kecepatan tertentu untuk bisa mengudara, di bawah itu, pesawat hanya akan membuat semacam lompatan, dan pesawat akan angsung turun lagi, tentu menjadi masalah besar jika jarak landasan yang tersisa tidak memadai.
Berapa kecepatan minimum pesawat yang diperlukan untuk take-off, itu pun bergantung pada beberapa faktor, yang paling mudah dipahami bahwa kecepatan yang diperlukan bergantung pada bobot pesawat itu sendiri, kecepatan angin dan suhu. Sebagai ilustrasi, pada kondisi suhu tinggi seperti di wilayah gurun, maka pesawat membutuhkan tenaga dan kecepatan ekstra saat take-off, yaitu untuk meningkatkan daya angkat.
Baca juga: Pesawat Lepas Landas dalam Kondisi Suhu Tinggi, Ternyata Bikin Maskapai Merugi
Secara teori, meningkatnya suhu atau temperatur berarti akan mengurangi kemampuan daya angkat pesawat. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan udara yang kurang padat, yang mengurangi gaya angkat pada sayap pesawat. Dengan kondisi lebih sedikit daya angkat, berarti jarak lepas landas akan meningkat. Jika jarak lepas landas tidak dapat ditingkatkan, maka mau tak mau pesawat perlu beroperasi di bawah batasan berat yang berbeda, atau pesawat harus mengurangi kapasitas muatannya.