Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanApa yang Terjadi Bila Pesawat Widebody Mendarat di Bandara Kecil dengan Landasan...

Apa yang Terjadi Bila Pesawat Widebody Mendarat di Bandara Kecil dengan Landasan Pendek?

Dalam kondisi normal, pesawat hanya mendarat di bandara tertentu sesuai dengan bobot dan dimensinya. Namun dalam keadaan darurat, pesawat (widebody) harus segera mendarat di bandara terdekat. Celakanya, hanya ada bandara dengan runway atau landasan pendek dan kecil bukan peruntukannya dan mau tak mau harus tetap mendarat. Bila ini dilakukan, apa yang akan terjadi? Begitupun juga sebaliknya, apa yang terjadi bila landasan pacu tidak cukup panjang untuk pesawat lepas landas?

Baca juga: Apakah Seluruh Pesawat Bisa Mendarat di Bandara Manapun?

Di dunia, ukuran runway berbeda-beda tergantung kebutuhan. ICAO sendiri sudah mengatur dan mengklasifikasikan runway dalam empat golongan atau kode (code).

Code number 1 panjang landasan pacu kurang dari 800 meter. Code number 2, panjang landasan pacu antara 800 meter sampai 1.200 meter. Code number 3, panjang landasan pacu mulai dari 1.200 meter sampai 1.800 meter.

Code number 4, panjang landasan pacu mulai dari 1.800 meter sampai 1.900 meter. Terakhir, runway dengan kode nomor 6 memiliki panjang landasan pacu mulai dari 1.900 atau lebih hingga 4.200 meter.

Pada umumnya, landasan pacu pesawat komersial memiliki panjang mulai dari 2.438 meter (8.000 kaki) sampai 3.962 meter 913 ribu kaki).

Panjang landasan pacu bandara tentu berkaitan dengan pesawat, dalam hal ini bobot serta kecepatan yang dibutuhkan pesawat untuk bisa lepas landas. Karenanya, tak semua pesawat bisa mendarat di seluruh bandara. Namun, dalam kondisi darurat, pesawat bisa saja mendarat di bandara atau landasan pacu kecil yang bukan peruntukannya. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2013 silam.

Menurut pengguna Quora, Ian Beyer, ketika itu pesawat Boeing Dreamlifter (Boeing 747-400LCF yang dimodifikasi untuk membawa bagian-bagian seperti badan pesawat Boeing 787 Dreamliner) mendarat di Bandara James Jabara Wichita -panjang runway 6.100 kaki atau 1.859 meter- dari seharusnya di landasan pabrik Beechcraft yang tak jauh dari lokasi pendaratan.

Proses pendaratan berjalan mulus tanpa adanya insiden overrun atau keluar dari landasan pacu (runway) akibat terlalu pendek. Saat itu, pesawat mendarat dalam kondisi kosong dan baru ingin menjemput bagian pesawat Boeing 787 Dreamliner yang dibuat Spirit Aerosystems di pabrik Beechcraft.

Kendati demikian, itu bukan berarti tanpa masalah. Diketahui, runway tempat pesawat mendarat dan bermalam untuk mencari cara agar pesawat berbadan lebar ini (widebody) bisa lepas landas dengan aman dari bandara tersebut, retak akibat tak mampu menahan bobot berat pesawat. Hal itu wajar mengingat runway memang tidak dipersiapkan untuk menahan bobot sebesar itu.

Baca juga: Mengapa Penumpang Harus Tetap Duduk Pakai Sabuk Pengaman Setelah Pesawat Mendarat? 

Keesokan harinya tim melakukan analisis untuk bisa menerbangkan pesawat berbobot besar di runway pendek. Beruntung, pada suatu momen di malam hari, suhu mencapai titik beku dan membawa angin berkecepatan 20 knot per jam yang bertiup dari utara.

Suhu dingin dan kelembaban tinggi yang membuat udara hampir sepadat di permukaan laut daripada ketinggian 1400 yang berkombinasi dengan angin memberikan daya angkat ekstra untuk pesawat yang lepas landas dari arah berlawanan (selatan). Pesawat juga dikondisikan seringan mungkin dengan cara mengurangi bahan bakar. Alhasil, pesawat Boeing Dreamlifter berhasil lepas landas dari runway pendek.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru