Saturday, October 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanMana yang Lebih Berbahaya Bagi Pesawat, Sayap Patah atau Kerusakan Mesin?

Mana yang Lebih Berbahaya Bagi Pesawat, Sayap Patah atau Kerusakan Mesin?

Kondisi darurat pada pesawat banyak ragamnya, mulai dari landing gear tak keluar untuk mendukung pendaratan, kerusakan mesin, atau mungkin sayap pesawat patah. Terkait dua kondisi terakhir, sebetulnya, mana yang lebih berbahaya bagi pesawat, kerusakan mesin atau sayap patah?

Baca juga: Apa Jadinya Kalau Semua Mesin Mati Saat Pesawat di Udara?

Sebagai moda transportasi paling aman di dunia, pesawat sudah dirancang sedemikian rupa secara desain maupun prosedur pengoperasian agar keamanan dan keselamatannya terjamin.

Seluruh kondisi darurat sudah diperhitungkan dan ada manual book atau langkah-langkah penanganannya, termasuk kerusakan mesin, entah itu salah satu, sebagian atau bahkan seluruh mesin rusak dan tidak berfungsi. Saat ini terjadi, apakah pesawat akan jatuh vertikal layaknya batu jatuh dari langit? Tentu saja tidak.

Pada 22 Juli 1983, pesawat Air Canada Boeing 767 dalam penerbangan dari Montreal ke Edmonton via Ottawa, Kanada, mengalami masalah.

Kapten Robert Pearson, 48 tahun, dengan pengalaman 15.000 jam terbang, dan kopilot Maurice Quintal, 36 tahun, dengan waktu terbang 7.000 jam, mendapati bahwa alarm tekanan bahan bakar rendah pesawat yang dikemudikannya tiba-tiba berbunyi.

Ketika itu, pilot berasumsi bahwa bahan bakar masih banyak, merujuk pada indikator Flight Management Computer (FMC). Alarm pun dimatikan. Tak lama berselang, alarm yang sama kembali berbunyi dan kru pun memutuskan untuk mendarat di Winnipeg, berjarak sekitar 120 mil.

Saat pesawat mulai turun, mesin kiri mati, diikuti dengan ledakan pada mesin kanan. Alhasil, diketahui pesawat kehabisan bahan bakar di ketinggian 41 ribu kaki atau 12 kilometer dari permukaan tanah.

Habisnya bahan bakar ini terjadi saat pesawat sudah melakukan sekitar setengah perjalanan. Habisnya bahan bakar juga membuat semua mesin serta panel instrumen kokpit elektronik mati. Saat itu, Boeing 767-200 memang jadi salah pesawat jet pertama yang mengadopsi sistem instrumen penerbangan elektronik yang didukung oleh mesin. Praktis, ketika mesin mati, panel juga ikut mati.

Untungnya, turbin udara ram (RAT) cukup untuk memberi daya pada instrumen penerbangan darurat untuk mendukung proses pendaratan. Hanya saja, itu tidak termasuk vertical speed indicator yang menunjukkan kecepatan pesawat dan lokasi dimana pesawat harus mendarat. Singkatnya, pesawat berhasil mendarat darurat dengan selamat tanpa ada korban jiwa.

Lain cerita dengan insiden sayap pesawat patah. Selain langkah-langkah penanganannya di manual book tidak ada, insiden sayap pesawat patah saat di udara juga jarang terjadi. Karenanya, menurut salah seorang eks pilot militer AS di Quora, itu lebih berbahaya jika terjadi karena pilot tidak dilatih untuk menangani itu.

Saat sayap pesawat patah, praktis pesawat akan berputar dan kehilangan lift atau kontrol. Ketika sudah lebih dari dua putara, pesawat disebutnya hampir pasti tidak bisa lagi dikontrol. Dalam kondisi seperti ini, sudah pasti pesawat akan berakhir nahas.

Baca juga: Apakah Kita Berjalan di Sayap, dan Apakah Mungkin Sayap Pesawat Patah saat di Udara?

Namun, tidak menutup kemungkinan ada pilot-pilot bertangan dingin yang mampu mendaratkan pesawat atau paling tidak meminimalisir tingkat kehancuran (damage).

Menjawab pertanyaan di awal, sudah jelas, sayap pesawat patah lebih berbahaya dibanding kerusakan salah satu, sebagian, atau seluruh mesin pesawat rusak.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru