Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanCuma Angkut Satu Penumpang, Apakah Pesawat tetap Terbang atau Penerbangan Dibatalkan?

Cuma Angkut Satu Penumpang, Apakah Pesawat tetap Terbang atau Penerbangan Dibatalkan?

Saat peak season, maskapai-maskapai di dunia kesulitan memenuhi demand yang sangat tinggi. Sebaliknya, di luar peak season, maskapai justru mencari-cari penumpang karena demand yang sangat rendah. Di beberapa kondisi, kabin bahkan bisa saja kosong dan hanya diisi oleh satu penumpang. Dalam kondisi tersebut, apakah penerbangan akan tetap dilanjutkan atau dibatalkan mengingat itu jauh dari break event point (BEP) atau break even load factor?

Baca juga: Meski Harus Terbang dengan Satu Penumpang, Maskapai Belum Tentu Merugi!

Maskapai penerbangan memang bisnis yang berisiko tinggi. Sedikitnya ada empat faktor yang membuat maskapai selalu rugi. Salah satunya adalah cost yang sangat tinggi.

Karenanya, maskapai memiliki target pengoperasian minimal mencapai BEP atau break even load factor untuk meminimalisir kerugian. Andai itu tak tercapai, belum tentu maskapai akan tetap terbang, demikian pula sebaliknya. Itu melibatkan banyak faktor. Salah satunya slot landing dan lepas landas.

Sebuah maskapai diketahui bisa beroperasi di sebuah rute lantaran telah mendapat landing slot dan take-off slot di bandara awal dan bandara tujuan. Ini biasanya disebut slot bandara. Slot bandara ini adalah fasilitas untuk mendarat, menurunkan penumpang, mengisi bahan bakar, mengambil penumpang baru dan kemudian lepas landas lagi yang semuanya sudah ditentukan dan diatur kerangka waktunya.

Mekanisme dan kerangka bisnis slot bandara diatur oleh Worldwide Airport Slot Guidelines (WASG), dibantu dengan pedoman dari IATA dan Airports Council International (ACI).

Slot bandara ini harus diupdate setiap enam bulan sekali untuk penerbangan internasional. Adapun penerbangan domestik bisa berbeda-beda tergantung regulator.

Selain harus meng-update slot bandara setiap enam bulan, maskapai juga harus berhasil menggunakan setidaknya 80 persen slotnya. Bila berhasil, maka maskapai diizinkan untuk mempertahankan slot pada musim berikutnya. Sistem dikenal sebagai “grandfather rights”.

Dari penjelasan slot bandara di atas, dalam kaitannya dengan tetap terbang tidaknya sebuah pesawat dengan hanya satu penumpang, andai maskapai sudah berhasil menggunakan 80 persen slotnya dalam periode enam bulan tersebut, bukan tak mungkin maskapai akan membatalkan penerbangan agar tidak rugi.

Bila belum (mencapai 80 persen), jangankan satu penumpang, tanpa penumpang pun maskapai tetap akan menerbangkan pesawat untuk mempertahankan slot bandara. Ini yang pada akhirnya menyebabkan banyaknya ghost flight beberapa waktu lalu.

Akan tetapi, slot bandara bukan satu-satunya faktor penentu. Ada juga faktor lain seperti muatan kargo, penerbagan balik, dan reputasi.

Sudah jadi rahasia umum bahwa di setiap penerbangan pesawat mengangkut bukan hanya penumpang tetapi juga kargo. Bila kargo dalam kondisi penuh meski hanya memuat satu penumpang di kabin utama, penerbangan biasanya akan tetap dijalani dan umumnya tetap untung.

Demikian juga penerbangan kembali ke bandara asal. Maskapai biasanya tetap akan melakoni penerbangan ke bandara tujuan meski hanya satu penumpang. Sebab, penerbangan baliknya sudah pasti akan penuh karena satu dan lain hal.

Dalam kasus di Rusia Rabu lalu, misalnya, dimana warga berbondong-bondong keluar Rusia usai Putin mengumumkan mobilisasi parsial ke Ukraina sekitar 300 ribu tentara cadangan, maskapai luar negeri, semisal Turkish Airlines, bukan tidak mungkin berangkat dari Turki ke Rusia dengan hanya satu penumpang, tetapi di penerbangan baliknya seluruh kursi terisi penuh.

Baca juga: Bak Raja, Pria Asal Lithuania Menjadi Satu-Satunya Penumpang Pesawat Tujuan Italia

Faktor reputasi juga tak kalah penting menentukan. Andai kargo pun kosong dan penumpang di kabin utama hanya satu orang serta penerbanan baliknya juga dipastikan tak mencapai break even load factor, penerbangan akan tetap dijalankan bila mempertimbangkan faktor tersebut. Sebab, ini akan meningkatkan kepercayaan penumpang di masa mendatang dan citra maskapai akan meningkat.

Menjawab pertanyaan di atas, umumnya maskapai tetap akan terbang walau dengan hanya satu penumpang di kabin. Tentu dengan berbagai pertimbangan sebagaimana dijelaskan di atas.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru