Tuesday, November 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanDisebut Lebih Aman, Mengapa Kursi Pesawat Tidak Menghadap ke Belakang?

Disebut Lebih Aman, Mengapa Kursi Pesawat Tidak Menghadap ke Belakang?

Bagi pengguna kereta, di beberapa kelas penumpang akan disuguhi kursi menghadap ke belakang. Namun, di pesawat, kursi kelas apapun pada umumnya menghadap ke depan. Ini kemudian menimbulkan banyak pertanyaan kenapa maskapai tidak mengatur agar kursi pesawat menghadap ke belakang, sebagaimana di kereta? Dalam kaitannya dengan safety, kursi menghadap ke belakang juga diklaim lebih aman saat terjadi keadaan darurat.

Baca juga: Kenapa Kursi Kelas Bisnis Miliki 3 Tali Sabuk Pengaman?

Dalam keadaan darurat, kursi menghadap ke depan memang memungkinkan penumpang mengalami cedera pada kepala, leher, dan punggung.

Menurut sebuah studi tahun 2020 oleh dua profesor Polandia dari Universitas Maritim Szczecin yang diterbitkan di ResearchGate, posisi kursi tegak pada pesawat menghadap ke depan memungkinkan penumpang celaka saat terjadi keadaan darurat.

Disebutkan, ada 18 persen kemungkinan penumpang cedera kepala parah, kemungkinan 55 persen cedera serius, dan kemungkinan 90 persen cedera kepala ringan bagi orang dewasa saat terjadi keadaan darurat. Celakanya, persentase ini bahkan terjadi dalam kondisi penumpang mengenakan sabuk pengaman (seat belt) sekalipun.

Dalam penelitian lain berjudul “Kecelakaan Pendaratan Pesawat: Seberapa Aman Penggunaan Passenger Lap Seat Belts di Pesawat?” yang dipublikasikan di MEDLINE®/PubMed®, sabuk pengaman pesawat yang ada sekarang sanggup untuk menghindari penumpang dari cedera saat terjadi turbulensi.

Namun, saat terjadi kondisi darurat lainnya, seperti pesawat mengalami deselerasi mendadak (seperti ngerem mendadak), sabuk pengaman pesawat yang ada sekarang tidak kuasa menahan kepala penumpang untuk tidak terbentur dengan benda di depannya dan membuat penumpang cedera.

Dengan dua penelitian tersebut dan berbagai penelitian lainnya, tercetus ide dari beberapa pakar agar kursi penumpang pesawat menghadap ke belakang.

Meskipun ini dianggap sulit dan melawan norma atau standar yang sudah terbentuk (dari kursi menghadap ke depan), tetapi dalam kaitannya dengan keselamatan penumpang, itu bukan tidak mungkin diubah dan regulator mengatur agar kursi pesawat menghadap ke belakang.

Hanya saja, selain melawan norma tak baku serta psikologis penumpang yang sudah sangat terbiasa sejak awal penerbangan modern dengan kursi menghadap ke depan, gagasan kursi penumpang pesawat menghadap ke belakang juga akan ditentang maskapai.

Menurut editor FlightGlobal.com kepada The Telegraph, kursi penumpang menghadap ke belakang sama dengan memaksa maskapai merogoh kocek besar. Saat terjadi tabrakan, pusat gravitas penumpang akan lebih tinggi dan kursi mengalami lebih banyak tekanan. Itu berarti, kursi dan lantai harus lebih diperkuat agar tidak hancur menghadapi tekanan besar dari penumpang.

Penguatan lantai dan kursi pada akhirnya membuat bobot pesawat bertambah, lalu konsumsi bahan bakar meningkat, dan cost membengkak.

Di masa lalu, kursi di kabin pesawat menghadap ke belakang bukanlah hal aneh. Menurut pengakuan salah seorang pengguna Quora, di tahun 1964, ia pernah bepergian dengan salah satu maskapai yang mengoperasikan pesawat Trident. Dalam ingatannya, dimana ia baru pertama kali menumpangi pesawat itu, terlihat beberapa kursi di bagian belakang pesawat menghadap ke belakang.

Saat ini pun, kursi menghadap ke belakang masih tersedia di beberapa maskapai penerbangan. Di private jet atau pesawat lain di luar pesawat komersial, kursi menghadap ke belakang bahkan lumrah ditemui.

Baca juga: Boeing Akan Lengkapi Pesawat 777X dengan Airbag, Mirip Airbag di Mobil? 

Tak sedikit kelompok atau perseorangan yang menilai bahwa kursi pesawat menghadap ke belakang akan membuat penumpang pusing dan mual.

Akan tetapi, itu dibantah oleh Brian Dunlap, seorang pilot komersial. Menurutnya, potensi penumpang pesawat pusing dan mual karena kursi menghadap ke belakang kecil. Itu karena hanya ada sedikit waktu dari keselurahan penerbangan dimana penumpang merasakan gerak maju pada pesawat, yaitu saat taxiing, lepas landas, dan mendarat. Di luar itu, terlebih saat cruising di ketinggian, penumpang sama sekali tidak merasakan gerak maju pesawat.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru