Sekilas, kehidupan pramugari tampak sangat glamor dan menyenangkan ketika berkeliling dunia, mengunjungi tempat-tempat eksotis, dan menikmati pengalaman baru. Namun, dibalik semua itu, ada harga mahal yang harus ‘dibayar’ oleh para bidadari angkasa tersebut.
Baca juga: Enam Pramugari Curhat Delapan Hal Soal Lika-Liku Kerja Saat Covid-19, Nomor Lima Bikin Naik Darah!
Selain kerja keras, pramugari sering kali terpaksa meninggalkan banyak agenda pribadi, seperti datang ke resepsi pernikahan sahabat, keluarga, bahkan menghadiri prosesi pemakaman orang tua, karena tidak mendapat cuti ataupun sedang bertugas di luar negeri. Ini dianggap sebagai kelemahan menjadi seorang pramugari/pramugara atau kru kabin.
Tak cukup sampai di situ, menjadi seorang pramugari/pramugara atau awak kabin juga memiliki banyak risiko besar yang kapan saja bisa merenggut nyawa. Dilansir dari berbagai sumber, berikut 5 risiko besar yang umumnya dihadapi pramugari.
1. Tertular penyakit
Di masa pandemi Covid-19, sudah tak terhitung pramugari/pramugara maskapai dunia yang terinfeksi virus tersebut. Memang, siapapun bisa saja tertular. Tetapi, bukan itu permasalahannya.
Sebagai profesi yang wajib bertemu dengan orang banyak, pramugari sangat rentan tertular Covid-19. Menariknya, profesi ini sulit untuk bisa dikerjakan secara remote, sebagaimana profesi lainnya.
Karenanya, apapun wabah yang sedang merebak, selama maskapai masih menerbangkan armadanya, pramugari harus siap membersamai penerbangan tersebut dan menerima segala risikonya, dalam hal ini tertular penyakit atau wabah tersebut.
2. Kecelakaan pesawat
Kecelakaan pesawat sudah pasti mau tidak mau dan suka tidak suka akan menimpa pramugara/pramugara. Kabar buruknya adalah sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu menyelamatkan mereka saat terjadi kecelakaan.
Meski begitu, kabar baiknya adalah pesawat merupakan moda transportasi paling aman di dunia. Dari miliaran penerbangan dalam setahun, bisa terhitung dengan jari jumlah kecelakaan fatal yang menelan korban jiwa.
3. Instabilitas politik dan zona perang
Sebagai penerbangan komersial yang tidak dilengkapi dengan peralatan militer atau tempur, maskapai manapun di dunia pasti mengarahkan krunya untuk tidak terbang melewati rute-rute rawan konflik atau yang sedang berkonflik atau perang, seperti kawasan sekitar Rusia dan Ukraina.
Namun, dalam berbagai kasus, pesawat tetap melewati rute dari berbagai negara yang sebetulnya dalam kondisi relatif stabil tetapi kerap bersitegang. Itu pada akhirnya menyebabkan kecelakaan fatal. Salah satunya adalah kecelakaan Boeing 737-800 Ukraine International Airlines pada pertengahan 2020 lalu.
Baca juga: Positif Negatif Menjadi Pramugari, Gaji Rendah hingga Jadi ‘Pemain’ Cadangan
2. Bahaya di negeri orang saat layover
Layover adalah salah satu kenikmatan menjadi pramugari/pramugara. Di sini, mereka bisa traveling sepuasnya dengan tetap menjaga nama baik perusahaan. Selain itu, pramugari/pramugara juga mendapat uang saku untuk bekal selama singgah di negara tujuan rute maskapai.
1. Ketidakpastian pekerjaan atau gaji
Dalam kondisi normal, profesi pramugari/pramugara sangat menjadi primadona. Namun, di tengah kondisi yang tidak stabil di bawah pandemi Covid-19, posisi pramugari/pramugara berada di ujung tanduk dan kerap terpinggirkan sekalipun memegang peranan kunci bersama pilot dalam mengoperasikan penerbangan.