Sebagaimana kendaraan di darat, kursi di pesawat juga memiliki sabuk pengaman (seat belt). Namun, di kursi kelas bisnis beberapa maskapai, sabuk pengamannya sedikit berbeda karena memiliki tiga tali atau tiga titik pengamanan. Mengapa demikian?
Baca juga: Sejarah Panjang Sabuk Pengaman di Pesawat, Ternyata Karena “Iri” Pada Mobil
Dilansir Simple Flying, beberapa maskapai semisal SWISS dan United Airlines telah melakukan inovasi pada sabuk pengaman, dari sabuk pengaman tradisional menjadi sabuk pengaman tiga titik khusus untuk kursi kelas bisnis.
Banyak yang mempertanyakan alasan dibalik keputusan maskapai tersebut. Disebutkan, itu terkait erat dengan tiga hal; mulai dari peraturan Administrasi Penerbangan Federal (FAA), ilmu fisika, dan kenyamanan.
Dalam regulasi 14 CFR 121.311 (b) FAA, disebutkan setiap penumpang wajib duduk di kursi masing-masing sebelum pesawat taxiing, lepas landas, dan mendarat dalam posisi sabuk pengaman terpasang. Ini kemudian dilengkapi dengan aturan lainnya di 14 CFR 121.311 (e) dimana posisi kursi selama periode tersebut (sebelum taxiing, lepas landas, dan mendarat), posisi kursi harus tegak. Ini yang kemudian menjadi perdebatan.
Menurut sebuah studi tahun 2020 oleh dua profesor Polandia dari Universitas Maritim Szczecin yang diterbitkan di ResearchGate, posisi kursi tegak pada pesawat memungkinkan penumpang celaka saat terjadi keadaan darurat.
Disebutkan, ada 18 persen kemungkinan penumpang cedera kepala parah, kemungkinan 55 persen cedera serius, dan kemungkinan 90 persen cedera kepala ringan bagi orang dewasa saat terjadi keadaan darurat.
Penelitian ini didukung oleh penelitian lainnya berjudul “Kecelakaan Pendaratan Pesawat: Seberapa Aman Penggunaan Passenger Lap Seat Belts di Pesawat?” yang dipublikasikan di MEDLINE®/PubMed®.
Menurutnya, sabuk pengaman pesawat yang ada sekarang sanggup untuk menghindari penumpang dari cedera saat terjadi turbulensi. Namun, saat terjadi kondisi darurat lainnya, seperti pesawat mengalami deselerasi mendadak (seperti ngerem mendadak), sabuk pengaman pesawat yang ada sekarang tidak kuasa menahan kepala penumpang untuk tidak terbentur dengan benda di depannya.
Sampai di sini, pada intinya, sabuk pengaman pada kursi pesawat tidak aman dan bisa membuat penumpang cedera. Pro-kontra tentu saja terjadi. Salah satu pihak yang kontra alias memandang desain sabuk pengaman yang ada saat ini sudah tepat adalah Ken Hoke, seorang pilot komersial dari Aerosavvy.
Menurutnya, sabuk pengaman tiga tali atau menambah satu sabuk lagi di bagian bahu (seperti di mobil), menuntut untuk memperkuat kursi. Kursi yang lebih kuat artinya bobot yang lebih besar dan mempengaruhi berapa banyak penumpang yang bisa diangkut dalam sekali jalan. Ini tentu saja ditentang maskapai.
Sebagai gantinya, para ahli merancang kursi pesawat lebih rapat dari dekade sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencegah kepala terpental ke depan. Lebih jauh jarak kursi berarti kecepatan kepala terpental atau terdorong ke depan saat pesawat ngerem mendadak jauh lebih tinggi atau lebih cepat dan itu meningkatkan risiko cedera.
Baca juga: Sabuk Pengaman Ternyata Sudah Ada Sejak 1800-an
Itu sebab, para ahli mensiasatinya dengan memperpendek jarak antara kursi dan menambah pengamanan di bagian belakang kursi untuk mencegah cedera kepala.
Masalahnya adalah, antar kursi kelas bisnis atau kursi first class jaraknya cukup jauh sehingga memungkinkan penumpang mengalami cedera parah. Maka dari itu, alih-alih menggunakan integrated airbag seatbelt atau sabuk pengaman yang dilengkapi dengan airbag di pesawat, maskapai lebih memilih untuk menggunakan sabuk pengaman tiga titik dengan tambahan menyilang di bagian bahu seperti di mobil.