Masalah berat badan berlebih saat ini menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan apalagi dalam sebuah penerbangan ke suatu daerah ataupun ke suatu negara. Mungkin di Indonesia sendiri belum ada masalah dengan berat badan penumpang yang berlebih alias obesitas, namun beberapa maskapai di negara-negara lain sudah hangat membicarakan masalah ini sejak lama.
Baca juga: Untuk Penumpang Obesitas, Perpanjangan Sabuk Pengaman Belum Jadi Prioritas
Dilansir KabarPenumpang.com dari apex.aero (27/6/2017), sebenarnya dengan mengetahui berat badan penumpang sejak awal, akan membantu maskapai mengakomodasi penumpang dengan berat badan yang berlebih. Hawaiian Airlines sempat membuat kontroversi saat melakukan penimbangan terhadap penumpang untuk melakukan survei selama enam bulan.
Suvei ini sebenarnya dilakukan untuk mencari tahu kenapa pembakaran bahan bakar pada pesawatnya lebih tinggi saat melakukan perjalanan ke Samoa Amerika dimana wilayah tersebut memiliki obesitas tinggi. Dari sebuah aplikasi yang sudah di patenkan baru-baru ini, dan diungkap pada 2015 lalu, MasterCard selaku salah satu perusahaan pembuat kartu kredit percaya bahwa dengan memberikan data yang akurat terkait berat badan penumpang ke maskapai penerbangan berdasarkan riwat pembelian tiket melalui rekening bisa memudahkan maskapai. Menurut MasterCard juga, tak hanya berat badan penumpang melainkan ukuran pakaian dan sepatu penumpang juga bisa diketahui oleh maskapai bila memerlukannya.
Adanya hal ini memudahkan penumpang dan maskapai, sebab sering seorang penumpang yang memiliki bobot tubuh di atas rata-rata atau biasa di sebut obesitas harus membeli bangku tambahan dan kemungkinan diminta untuk turun dari sebuah penerbangan jika tidak muat di tempat duduknya tersebut. Namun beberapa maskapai mendekatkan diri pada penumpang juga dengan banyak cara lainnya untuk penumpang yang obesitas.
Baca juga: Foto Viral Ini Ingatkan Pentingnya Car Seat Untuk Anak
Saat ini Hawaiian Airlines membatassi kursi penerbangan ke Samoa Amerika untuk mengendalikan kelebihan berat badan penumpang. Uzbekistan Airways, melakukan penimbangan penumpang untuk menentukan seseorang tersebut masuk dalam kelompok anak-anak atau orang dewasa. Tak hanya itu, Samoa Air menetapkan untuk setiap penumpang membayar berdasarkan berat badan dan tidak membuat keributan di antara penumpangnya.
CEO Maskapai penerbangan swasta, Chris Langton mengatakan, penumpang selalu tertarik dengan kebijakan ini dan cepat memahami konsep yang diberikan tersebut. “Mereka melihat alasan ini masuk akal.”
Sayangnya, hingga kini, sebagian besar transaksi kartu kredit milik konsumen hanya mencakup informasi dasar seperti nama, jumlah transaksi dan tanggal. Sedangkan untuk informasi lanjutan mengenai barang atau apakah ada transaksi pembelian disebut data pada level tiga. Biasanya data ini hanya dikirim ke pemegang kartu, pemerintah (regulator) dan institusi untuk melacak dan rekonsiliasi pihak kartu kredit dan pengguna.
Baca juga: Melahirkan di Dalam Pesawat, Antara Jaminan Terbang Gratis dan Isu Kewarganegaraan
Sebenarnya dengan data pembelian yang cukup jelas, ada kemungkinan maskapai bisa memperkirakan bobot setiap penumpangan, tetapi beberapa hambatan tentunya masih akan ada. Biasanya konsumen akan memberikan sejumlah hal privasi saat melakukan pembayaran dan ke penerbit kartu kredit, ini membuat data bisa dilacak. Dengan adanya hal ini, maskapai penerbagan juga harus memiliki solusi bila nantinya ada penumpang yang mungkin saja mencarai-cari masalah.
Unik lagi yang dilakukan Southwest Airlines yang mengajak penumpang untuk membeli tempat duduk tambahan dan dapat dikembalikan sebelum keberangkatan atau mendiskusikan kepada petugas di gerbang penerbangan. Seorang juru bicara Southwest Airlines mengatakan, kebijakan ini berjalan dengan baik. “Kami berharap tidak melakukan perunahan dalam waktu dekat dan menggunakan kartu kredit untuk memperkirakan ukuran atau bentuk tubuh penumpang mungkin konsep yang menarik, tapi tidak mungkin diterapkan dalam waktu dekat.”