Tak jarang butuh proses pencarian yang sulit dan memakan waktu untuk mendapatkan kotak hitam (black box) saat terjadinya musibah kecelakaan pesawat udara. Bahkan, ada kalanya saat ditemukan, kondisi kotak hitam sudah rusak, alhasil proses pembacaan data pada flight data recorder (FRD) dan rekaman suara kokpit pada cockpit voicer recorder (CVR), menjadi lama dan butuh waktu panjang untuk mengungkapnya.
Baca juga: Apa Itu Kotak Hitam Atau Black Box?
Berangkat dari kasus di atas, sejak beberapa waktu mengemuka gagasan untuk mengaplikasikan kotak hitam yang mengusung teknologi live streaming. Dengan tujuan, paramater data penerbangan dan rekaman suara di kokpit dapat diteruskan ke darat secara langsung. Sehingga, bila terjadi kecelakaan fatal, maka segera dapat diungkap sebab musababnya tanpa harus berjibaku untuk mencari keberadaan kotak hitam, yang mungkin telah hancur atau tenggelam di kedalaman laut.
Namun, pada kenyataan sampai saat ini penggunaan kotak hitam live streaming baru sebatas wacana. Tentu menjadi menarik untuk diperjelas, mengapa model live streaming dianggap tidak cocok untuk operasional kotak hitam?
Sebelumnya perlu diketahui, pada perekaman di CVR dan FDR, setidaknya 88 parameter operasional, meski hanya 29 yang diperlukan di Amerika Serikat hingga perubahan tahun 2002. Dalam praktiknya, pengaturan kontrol, informasi mesin, pengaturan waktu, dan suara dek penerbangan adalah semua aspek yang direkam.
Dikutip dari SimpleFlying.com, perekam menyimpan hingga 25 jam data dalam satu putaran konstan di kotak hitam. Secara teori, informasi ini dapat ditransmisikan ke cloud, tetapi Science Focus mencatat bahwa tidak ada kepastian bahwa ini akan bisa berhasil, terutama pada saat-saat genting dari sebuah tragedi.
Publikasi tersebut menambahkan bahwa transmisi data juga akan berada dalam gangguan bila terjadi badai listrik dan turbulensi. Oleh karena itu, opsi untuk menyimpannya “mandiri, tahan api, tahan guncangan, dan tahan air” dengan baterai internalnya sendiri bisa menjadi pilihan terbaik untuk menjaga data di kotak hitam tetap utuh meskipun pesawatnya hancur berkeping-keping.
Alasan lain, iika perekam kotak hitam dihubungkan dengan proses penyimpanan cloud, jumlah data yang tak terduga perlu ditransmisikan melalui layanan WiFi yang tidak konsisten yang belum mencapai hasil. Prosesnya bisa mahal dan berpotensi tidak dapat diandalkan jika tidak dilakukan dengan sangat hati-hati. Untuk VDR lain lagi, perekaman suara (pembicaraan) di kokpit untuk di-live streaming-kan, rupanya diprotes oleh pilot, pasalnya menyangkut urusan privasi.